Kadang aku menerjemahkan ŕindu itu seperti cinta kita, betapa ia mudah luruh menjadi alir di kelopak mata kita.
Barangkali aku tak bisa melupakan kenangan, meskipun aku sangat ingin melupakannya
Kau kah itu? Yang menjelma menjadi detak sunyi pada jam dinding senja ini, mengekalkan rindu yang tak kunjung padam, padamu. Kota menjelma puisi, aku tersesat di dalamnya, sepi, seakan tiada
Hari ini, kita biarkan segala hal yang keliru itu, untuk berlalu.
Meskipun kita tahu, selalu ada hal yang mengganjal,
yang membuat kita tak pernah benar-benar lupa dengan perasaan luka.
0 komentar :
Posting Komentar