Jumat, 19 Oktober 2018

SURGA KECIL

Diposting oleh Catatan Angin di 02.11 0 komentar

Selama 27 tahun ia hidup, tak pernah sekalipun bertanya kenapa ia harus lahir, dibesarkan, dan tinggal bersama keluarga yang berbeda-beda.

Bukan tidak ingin bertanya, tetapi setiap jawaban selalu membuatnya murung. Sejarah kadang bisa diubah, tergantung siapa yang bercerita. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak mencari tahu, atau pura-pura tidak peduli lagi pada masa kecilnya itu. Masa lalu, seringkali membuat kita sakit hati.

Ada banyak kecemasan di dunia ini. Begitupun dengan perempuan itu, tentu saja, ia cemas akan masa depan, bahwa keluarga yang berbeda-beda itu akan menanggalkannya. Sebab perempuan itu merasa dirinya bukan siapa-siapa, ia merasa dirinya hanyalah orang lain. Ia takut kehilangan, dan takut tak punya tempat pulang.

Suatu hari, perempuan itu bermimpi membangun sebuah keluarga baru yang akan membawanya pergi dari kecemasan itu. Sebuah keluarga kecil yang akan menyelamatkannya dari perasaan sendirian.

Beberapa saat, perempuan itu tersadar, ia tak ingin bergantung pada yang lain. Ia ingin bahagia dengan caranya sendiri.

Tetapi sebuah keluarga adalah surga kecil yang ia impikan, dimana perempuan itu bisa bahagia di dalamnya. Memiliki suami yang baik hati dan anak-anak yang lucu. Dan lebih dari itu, ia ingin memiliki tempat pulang.

Setiap hari ia berdoa, seorang laki-laki akan menyelamatkannya dari kecemasan, dari kehidupan yang membingungkan itu.

Kamis, 27 September 2018

ORANG ASING

Diposting oleh Catatan Angin di 00.22 0 komentar

Aku ingin menjadi orang asing yang kau temui dalam mimpi

Aku ingin menjadi orang asing yang kau kenang suatu hari nanti

Aku ingin menjadi orang asing yang kau rindui saat sepi

Aku hanya ingin menjadi orang asing
yang pernah kau cintai ---

Minggu, 23 September 2018

Mencemburui Gambar

Diposting oleh Catatan Angin di 13.20 0 komentar

Seringkali, aku cemburu pada sebuah gambar atau potret bahagia yang kamu bagikan. Bahkan aku bisa saja cemburu pada gambar yang abstrak.

Seperti pada sebuah potret yang kamu bagikan tempo hari, kamu menjelaskan bahwa kamu sedang berada di sebuah cafe.

Di dalam potret itu, aku melihat dua cangkir kopi dan tangan perempuan. Itu hanya dugaanku. Sebab samar-samar aku melihat motif renda dibajunya.

Potret itu, terlalu abstrak untuk ku artikan.

Kemudian kepalaku mengirimkan setumpuk pertanyaan yang kuterka sendiri jawabannya.

Aku tidak akan pernah bertanya, siapakah yang bersamamu saat ini? Tidak, aku tidak sepicisan itu.

Ah, siapa aku ini? Hanya orang asing yang cemburu pada hal-hal remeh semacam itu.

Aku menunggu kamu membagikan potret abstrak berikutnya.

Dan biarkan aku cemburu pada sebuah gambar. Sebab aku senang menerka meski itu sedikit menyakitiku.

Setidaknya, itu adalah latihan sampai kamu membagikan potret bahagia yang sesungguhnya.

Senin, 02 April 2018

Mencintai dan Menikahi

Diposting oleh Catatan Angin di 06.00 0 komentar

Pernikahan, adalah adat yang diciptakan,
yang memaksa kita untuk mengikuti alurnya.
Pernikahan, hanya sebatas menghabiskan waktu
dengan seseorang yang dikirim Tuhan, yang barangkali kita sendiri tidak memilihnya.

Tapi Cinta tidak pernah mengenal adat.
Ia selalu mengikuti kata hati.
Ada, tanpa diminta.
Cinta, tidak pernah memaksa dengan siapa kita harus bersama.

Aku tidak menemukan persamaan
antara mencintai dan menikahi.
Kecuali, keduanya sama-sama menyisakan
perasaan kehilangan.

Beruntunglah mereka yang saling mencintai, lalu Tuhan merestui.

 

CATATAN ANGIN Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review