Pagi itu
aku hendak mengumpulkan kenangan
yang tersimpan dari hari-hari kita yang lalu
Aku percaya,
Setiap pertemuan selalu menyimpan kenangannya masing-masing
Meski kenangan itu,
hanya sebatas dua tubuh yang menyatu
Meski kenangan itu,
Selalu sengaja kau hapus setelahnya,
Seperti jejak hujan yang tak berarti apa-apa
Kemudian dilupakan
Sebab bagimu, hujan tak lebih indah dari awan hitam yang datang sebelumnya
Dimana jiwamu, saat jiwaku sudah kuserahkan di hari yang tak bernama itu
Kau menggenggam erat tanganku, dengan kenangan yang masih melingkar
di dekat nadimu
Maafkan kebodohanku,
yang tak tahu bahwa ia seberharga itu
Hujan memang tak pandai menerka bahasa tubuh
Dan aku salah mengira, bahwa kau bahagia
Hujan memang tak pandai menerka rahasia
Dan aku salah mengira, bahwa aku berharga
Sejak semula, hujan itu tak pernah diinginkan
Seperti orang bodoh saja,
Aku terlalu percaya diri, bahwa aku dicintai