Kamis, 31 Desember 2015

Maaf

Diposting oleh Catatan Angin di 09.59 0 komentar

Maaf.

Sabtu, 21 November 2015

Diam

Diposting oleh Catatan Angin di 08.12 0 komentar

Ada banyak jalan yang ingin dilalui, tp belum bisa dilalui.
Banyak hal yang ingin dilakukan tapi blm bisa dilakukan.
Dan banyak hal yang ingin aku katakan, tapi semua hanya bisa kupendam.
Mungkin aku tidak bisa memiliki hidupku sepenuhnya.

Selasa, 10 November 2015

Rindu Itu Hujan

Diposting oleh Catatan Angin di 08.39 0 komentar

Oleh : Royhanatul Fauziah

Rindu itu hujan. Di hatiku, ia deras selalu.
Dan kamu adalah teduhnya. Sesaat, sebelum hujan kembali.

Garut, 10.11.15

Kerelaan Hujan

Diposting oleh Catatan Angin di 08.38 0 komentar


Oleh : Royhanatul Fauziah

Mencintaimu seperti hujan, yang rela meninggalkan langit, dan terjatuh, hanya untuk sampai padamu.

Garut, 10.11.15

Senin, 09 November 2015

Kaki yang Terluka

Diposting oleh Catatan Angin di 05.06 0 komentar

Ada perempuan yang tak bisa berlari karena memang ia tak punya kaki. Kaki perempuan itu adalah kaki yang telah dipatahkan takdir. Tapi, perempuan itu berusaha untuk tetap berlari, sebab menurutnya berlari tidak harus dengan kaki. Maka ia merangkak, dengan apapun yang tersisa di tubuhnya.
Tetapi ada perempuan yang tak bisa berlari meskipun dia memiliki tubuh yang sempurna. Adapun kakinya, hanya bisa terdiam sepanjang waktu. Orang-orang bersorak, memberi semangat, tapi perempuan itu tetap terdiam.
Ada yang menahannya. Semacam bayang-bayang masa lalu. Rupanya, perempuan itu takut, pada ingatannya sendiri, sebab kakinya pernah dilukai, begitu dalam.
"Kenapa tidak kau patahkan saja, atau hancurkan? Biar aku merangkak, bersama luka yang tersisa" Perempuan itu mengutuki dirinya sendiri, dalam hati.

MUAK

Diposting oleh Catatan Angin di 04.08 1 komentar

Aku muak sama semua orang.
Mereka bilang, "uji ga boleh ini, uji ga boleh itu, uji harus gini, uji harus gtu"
Hidup macam apa ini?
Semua orang melarang, semua orang mengatur!
Lalu, dimana letak kebebasanku?
Aku tidak bisa menjadi diriku sendiri.

SIAL!!! Aku cuma bisa berkata lewat tulisan.

Sabtu, 31 Oktober 2015

Bukan Penyair

Diposting oleh Catatan Angin di 09.10 0 komentar

Oleh : Royhanatul Fauziah

Aku bukan penyair. Hanya saja, aku pernah mencintai seorang penyair. Dia pergi, tapi tidak puisi-puisinya. Maka aku ingin selalu berpuisi, untuk menemuinya dalam kata,
atau sekedar membuatnya terasa ada.

Garut, 31.10.15

Biarkan Hening

Diposting oleh Catatan Angin di 09.07 0 komentar

Oleh : Royhanatul Fauziah

Biarkan hening, seperti malam-malam kita sebelumnya. Tidak ada lagi yang perlu dikekalkan, termasuk luka yang kita simpan diam-diam. Bukankah itu cara kita, untuk bisa saling melupakan?

31.10.15

Minggu, 25 Oktober 2015

Doa Malam

Diposting oleh Catatan Angin di 07.11 0 komentar

Jikapun masih ada doa yang layak untuk kita, maka berdoa saja. Temui aku, pada setiap doa malammu. Sebab kita tak pernah tahu, pada takdir mana lagi cinta akan bertemu.

Tentang Kita

Diposting oleh Catatan Angin di 04.38 0 komentar

Oleh : Royhanatul Fauziah

Jika kita tak bisa menjadi ombak untuk mengerti bahasa laut, atau setegar karang untuk menahan gelombang, maka berlayar saja, sebab kita hanya perahu, yang tak tahu, kapan karam menjemput kita.

Garut, 24.10.15

Kamis, 22 Oktober 2015

Cinta

Diposting oleh Catatan Angin di 23.02 0 komentar

Bagiku, cinta tak pernah pergi, tak pernah menyakiti.
Ketika sesuatu memaksanya untuk menyakiti, ia menahannya. Seperti halnya rumah, kau tak akan membiarkan tamu asing masuk, dan mengobrak abrik seluruh isi rumah, semisal kenangan kita.
Atau setidaknya, ketika sesuatu memaksanya untuk pergi, ia pergi dengan sebaik-baik cara.

Sabtu, 17 Oktober 2015

Pesan yang sama

Diposting oleh Catatan Angin di 21.37 0 komentar

Apa artinya sebuah ikatan atau tanpa ikatan, jika pada akhirnya memisahkan?
Lalu, apa yang baik dari sebuah perpisahan yang tanpa kabar?
Bukankah lebih baik jika kita tidak pernah terikat saja?
Mungkin kamu tidak punya alasan kenapa kamu mencintai aku, sebab katamu, cinta tidak butuh alasan. Tapi mungkin, kamu punya banyak alasan kenapa kamu (selalu) meninggalkan aku.
Jangan pernah kembali. Sebab ketika kamu kembali, barangkali aku sudah menjadi orang lain, yang tak lagi kamu kenal. Begitu juga kamu, yang akan menjadi orang lain ku.
"Tapi kita masih sepasang", katamu.
Tidak, kita tidak lagi menjadi sepasang.
Kau melangkah sejuta jarak dan jejak. Meninggalkan aku dan bertualang sendiri, tanpa kabar, atau sepenggal sajak.
Bukan hanya kemarin, tapi dulu, dan saat itu, kau meninggalkanku berkali-kali, berkali-kali.
Sedang aku disini, menunggumu dengan seribu tanda tanya, menyisir hari dan sunyi, yang kusut, yang kalut.
Bukankah kau tidak pernah bertanya, bagaimana kabar kenangan, yang selalu kujaga baik-baik, dalam seribu album, dalam sepasi ingatan yang luka. Atau bertanya, bagaimana kabar rindu, kabar perempuan yang diam-diam menangis menjelang tidurnya. Atau kabar seorang ibu dan ayah yang murung, melihat anak perempuannya ditinggalkan nasib.
Tidak. Kau tidak pernah bertanya. Sebab kau selalu merasa bahwa kenangan itu tidak ada, bahwa rindu itu hanya sekumpulan luka.
Aku tidak sedang memintamu untuk kembali padaku, atau pada kenangan.
Aku hanya memintamu untuk memilih, melepas tali, atau mempererat ikatannya? Seperti sebuah kepastian.
Jika kau ingin melepaskan, maka lepaskan. Jangan jerat aku dengan ikatan itu.
Jika kau ingin mempererat, maka mendekatlah, karena aku sudah kehabisan cara, simpul mana lagi yang mampu memperkuat tali kita.
Ikatan itu, bukan hanya tentang janji. Bukan hanya tentang kita. Apalagi sekedar kata.
Ikatan adalah kenyataan, untukku, saat kau dan aku merasa segalanya akan dikekalkan.
Namun ketika kau memilih pergi, aku sadar, tidak pernah ada yang kekal, segalanya akan tiada, segalanya akan kembali sepi, begitu juga cinta kita.
Aku tidak ingin pergi, tapi aku juga tidak ingin bertahan, sebab yang tersisa dari hidupku hanya perasaan kehilangan. Terlebih, kau selalu berkata, bahwa kau tak pernah merasa meninggalkan siapapun dan apapun, tapi nyatanya, kau tidak pernah ada, dalam kenyataan, atau bahkan dalam bayang-bayang. Tidak, kamu tidak pernah ada.

Rabu, 14 Oktober 2015

Pesan Untukmu

Diposting oleh Catatan Angin di 04.51 0 komentar
Apa bedanya sebuah ikatan atau tanpa ikatan, jika pada akhirnya memisahkan?
Lalu, apa yang baik dari sebuah perpisahan yang tanpa kabar?
Bukankah lebih baik jika kita tidak pernah terikat saja?
Jadi tolong, beri aku sebuah kabar, kabar baik bahwa kita benar-benar sudah selesai.
Mungkin kita tidak lagi punya alasan kenapa harus saling mencintai. Tapi kamu punya banyak alasan kenapa kamu (selalu) meninggalkan aku.
Maka, katakan alasan itu kepada keluargamu dan keluargaku, bahwa aku memang pantas untuk ditinggalkan.
Sebab aku tidak ingin hidup dengan bayang-bayang.
Dan aku nyatakan padamu, aku tidak akan pernah kembali, pada seseorang yang pernah meninggalkanku berkali-kali, berkali-kali, berkali-kali.
14 09 16

Senin, 12 Oktober 2015

Membacamu

Diposting oleh Catatan Angin di 09.31 0 komentar

Aku membaca hujan
Membaca puisi
Membaca hari dan sunyi
Membacamu,
Membaca semua milikmu, dan
Segala yang bukan milikku...

Tamu Asing

Diposting oleh Catatan Angin di 07.57 0 komentar

Biarkan aku sebentar saja.

Sebab aku hanya tamu asing, yang ingin menyaksikan ombak dalam ingatan.

Kemudian aku akan kembali pada bilangan kesepian, seperti katamu. Selepas kepergian, setelah perpisahan itu.

Kini aku hanya tamu asing.
Kau hanya tamu asing.
Maka, kita tidak perlu merasa kehilangan.

Seperti pasir kepada ombak, yang selalu membiarkan ombak pergi, sejauh yang ia mau.

Kepergian

Diposting oleh Catatan Angin di 06.39 0 komentar

Dalam Film STAND BY ME "DORAEMON"

Oleh : Royhanatul Fauziah

Kamu lihat, ketika Doraemon akan pergi, dan Nobita memaksa Doraemon untuk tetap tinggal tapi tidak bisa. Ia bersedih dan menangis sejadi-jadinya. Mungkin seperti itulah aku, ketika kamu tinggalkan. Tetapi Nobita beruntung karena Doraemon tidak jadi pergi. Sedangkan aku, aku masih sebatas penyendiri, menanti sampai aku lupa, bahwa kamu sudah tidak disini dan tidak akan pernah kembali lagi.

Minggu, 11 Oktober 2015

Waktu Senja

Diposting oleh Catatan Angin di 05.33 0 komentar

Aku menyukai langit senja. Ia seperti lembar penutup sebuah catatan bisu.
Mungkin warnanya tidak sebiru langitmu yang menenangkan.
Tetapi lihatlah warna senja, kau akan menemukan waktu yang berlari,
Dan kita seumpama dua titik yang menyaksikan perpindahan itu.
Waktu dimana petang beranjak menjadi malam.
Dan malam bukan lagi cerita kelam,
meski terkadang menyisakan sebuah perpisahan.
Tapi kau tahu, di bawah langit senja itu,
Aku menemukan cerita untuk menutup hari, seperti sebuah percakapan,
ketika semua menjadi sunyi,
ketika semua telah beranjak pergi.

Untuk Mencintaimu

Diposting oleh Catatan Angin di 05.03 0 komentar

Untuk mencintaimu, aku yakin, tidak
ada perempuan yang setabah aku.

Sekedar Bayang

Diposting oleh Catatan Angin di 04.58 0 komentar

Kamu, tetaplah menjadi kenyataan
Jangan mendekat diam-diam, sebab aku tidak ingin sekedar bayang
Jangan melukaiku dengan kata, sebab aku tak mampu lagi membacamu
Jangan melukaiku dengan rindu, jika kau hanya membisu
Tapi aku tidak pergi
Hanya saja, aku ingin sendiri
Dan aku masih disini, menulis sajak-sajak sepi
090915

Jumat, 26 Juni 2015

Yang Ingin Menjadi Abadi

Diposting oleh Catatan Angin di 03.32 1 komentar
Yang Ingin Menjadi Abadi

tak ada yang mampu memahami kita,
kecuali waktu.
Pada setiap detiknya
menggugurkan daun-daun masa lalu,
meranggaskan luka demi luka,
yang kita pendam,
yang mungkin masih kita simpan, diam-diam.
dan kenangan itu, menjadi satu-satunya bahasa
yang tidak kita pahami,
--lalu akhirnya,
kenangan pulalah yang membuat kita
selalu ingin kembali
pada cinta yang sama,
pada tawa yang sama.
Bukan pada luka yang sama..

26042015

Mereka yang Puitis

Diposting oleh Catatan Angin di 03.30 0 komentar
Mereka yang Puitis 
Oleh: Royhanatul Fauziah

Adakah yang lebih puitis
Dari hujan yang turun selepas perpisahan,
Dan dari dua raut wajah bahagia,
Atau dari seorang lelaki yang tersenyum,
Dengan sisa hujan di tubuhnya,
Atau dari seorang perempuan,
Yang masih mencintai sunyi, diam-diam
Di cermin matanya


25042015

Kamis, 02 April 2015

DI PENGHUJUNG PETANG 2

Diposting oleh Catatan Angin di 18.44 0 komentar
Selain kenangan, ada warna dan rasa,
yang membuatku selalu ingin kembali ke tempat yang sama,
kedai eskrim itu, dan juga hatimu, ksatriaku.

DI PENGHUJUNG PETANG

Diposting oleh Catatan Angin di 18.39 0 komentar
Selalu ada yang meletakan kenangan,
entah itu pada segelas eskrim vanilla, atau coklat,
atau pada kita, yang bertahta
di penghujung petang.

Puisi

Diposting oleh Catatan Angin di 18.23 0 komentar

Sebab segala kata ada padamu,
sedang dalam diriku, kata-kata seolah tiada.
Padamu, segala kata menjadi nyata,
dan aku tidak ada.

Kamis, 19 Maret 2015

Bait Masa Lalu

Diposting oleh Catatan Angin di 10.42 1 komentar

Kau yang memanggilku puisi
Padahal tak mampu kuselesaikan waktu
Tidakkah kau tau
Kini aku terkunci pada satu bait masa lalu

Kau terus berlalu ...
Sedang aku masih mengenangmu

Rabu, 18 Maret 2015

Hujan dan Teduh

Diposting oleh Catatan Angin di 08.05 1 komentar

Hujan dan Teduh

Hujan itu seperti cinta
Sedang  luka adalah rintiknya
Aku di bawah guyurannya
Sendiri dan kedinginan

Aku menginginkan hujan
Tetapi aku juga menginginkan kamu lelaki yang kusebut
Keteduhan.

Maret 2015

Sabtu, 24 Januari 2015

Lelakiku

Diposting oleh Catatan Angin di 04.01 0 komentar
Lelakiku, aku ingin mencintaimu seperti kesunyian.
Yang selalu hadir setiap kali aku terjaga.
Yang datang tanpa perlu kupinta terlebih dulu, dan kupelihara.
Yang seringkali hadir di tengah keramaian.
Meski harus merasa asing. Tapi aku perempuanmu, yang rela jika harus terasing di dalam dirimu.
Kemudian akan kunikmati setiap keterasingan yang kau suguhkan itu.
Setelah kau merasa lelah menyaksikan hidup yang penuh dengan kepura-puraan, maka kau akan menemui kesunyian setelahnya.
Pada saat itu, kau boleh menemuiku, Lelakiku.
Sebab, akulah kesunyianmu. Kau boleh menatap mataku, membaca hatiku yang tanpa kepura-puraan. Atau mencintaiku?
Sebab pada akhirnya, setiap orang akan mencari kesunyiannya masing-masing.
Dan aku ingin menikmati kesunyian itu. Bersamamu,
Lelakiku.
 

CATATAN ANGIN Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review