Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 06 Maret 2020

Waktu Senja

Diposting oleh Catatan Angin di 06.00 0 komentar

Jika senja telah tiba, semua akan berubah. Satu per satu, waktu kan mengambilnya dariku, dan aku takut hatiku menjadi kosong.

Namun aku percaya, kenangan itu masih tetap ada. Ia tersimpan manis dalam ingatan, atau dalam buku harian yang kusam. Kupikir, hanya itu satu-satunya hal yang mampu membuatku tersenyum.

Jika senja telah tiba, akankah kau ada disampingku? Ataukah aku yang tiada, dan kau bahagia menatap senja dengan seseorang yang lain?

Garut, 6/3/20

Rabu, 01 November 2017

Hai, Penyair!

Diposting oleh Catatan Angin di 21.49 0 komentar

HAI, PENYAIR!

Oleh Royhanatul Fauziah

hai penyair!

matamu setenang danau

aku seperti melihat teratai yang melambai ke arahku

tapi aku tak cukup berani untuk menyelaminya

karena matamu terlalu dalam

dan aku takut tenggelam

kemudian mencintaimu

hai penyair!

matamu setenang danau

aku pernah melihat gelombang kecil

yang disebabkan kecipak ikan-ikan yang mengintip ke udara

tapi aku tak cukup berani untuk membendungnya

karena matamu terlalu luas

dan aku takut kehabisan napas

kemudian mati di pelukmu

2013
[Edited 2017]

Jumat, 17 Juni 2016

Rindu

Diposting oleh Catatan Angin di 14.32 0 komentar

Air mata memenuhi jantungmu hingga sesak. Namun setetespun enggan jatuh di matamu.
Aku mengerti, barangkali semuanya terlalu dalam untuk ditangisi sendirian.
Jika kesedihan itu telah membeku, mari kita hangatkan, kasihku.
Aku yakin segala yang beku akan mencair, entah menjadi air mata atau deretan kata. Dan segala yang pecah akan kembali utuh, asalkan kau ada disini, dipelukanku.

17.6.16

Jumat, 22 April 2016

Tentang Pulang

Diposting oleh Catatan Angin di 02.43 0 komentar

Mungkin kau sudah lelah
Berjalan ke segala arah
Dari keluh yang jauh
Dari sesal yang kekal
Sayang, seorang perempuan
Menunggumu pulang
Ke rumah yang lekang

Selasa, 15 Maret 2016

Sakura

Diposting oleh Catatan Angin di 11.10 0 komentar

Sakura
Sapardi Djoko Damono

Ketika hari tiba dan mengambil segala yang kau yakini milikmu, kau memang tak merasa perlu tahu bahwa aku bukan bagianmu
Bahwa akhirnya semua itu hanya merupakan deretan huruf panjang yang tidak mungkin tertangkap dalam buku-buku tebal yang sering berserakan di kamarmu

Kau bukan pangeran yang dipaksa mencintai seorang perempuan dengan sebilah keris
Bukan pangeran yang kemudian tertelungkup di hadapan Angreni

Dan kita adalah sakura yang gugur sebelum musim selesai, tak terlacak pula

SDD

Selasa, 08 Maret 2016

Bahagia dan Sedih

Diposting oleh Catatan Angin di 03.43 0 komentar

Katanya, seseorang yang paling mungkin membuatmu menangis adalah seseorang yang paling sering membuatmu bahagia. Dan itu benar.
Seperti kata Rendra, ..mencintaimu adalah bahagia dan sedih..
Maka aku mencintaimu, bukan hanya dengan kebahagiaan, bahkan tangisku pun mencintaimu. Dan itu tidak bisa dilepaskan.
Apapun yang aku rasakan, kamu satu, yang aku cintai.
Kahlil Gibran berkata, ..tidak ada cinta tanpa air mata..
Maka kamu jangan memintaku untuk tidak menangis.
Sebab, aku menangis karena aku merasa bahwa cinta itu ada dalam diriku, yang hanya satu, untukmu.

Selasa, 10 November 2015

Rindu Itu Hujan

Diposting oleh Catatan Angin di 08.39 0 komentar

Oleh : Royhanatul Fauziah

Rindu itu hujan. Di hatiku, ia deras selalu.
Dan kamu adalah teduhnya. Sesaat, sebelum hujan kembali.

Garut, 10.11.15

Kerelaan Hujan

Diposting oleh Catatan Angin di 08.38 0 komentar


Oleh : Royhanatul Fauziah

Mencintaimu seperti hujan, yang rela meninggalkan langit, dan terjatuh, hanya untuk sampai padamu.

Garut, 10.11.15

Minggu, 25 Oktober 2015

Doa Malam

Diposting oleh Catatan Angin di 07.11 0 komentar

Jikapun masih ada doa yang layak untuk kita, maka berdoa saja. Temui aku, pada setiap doa malammu. Sebab kita tak pernah tahu, pada takdir mana lagi cinta akan bertemu.

Tentang Kita

Diposting oleh Catatan Angin di 04.38 0 komentar

Oleh : Royhanatul Fauziah

Jika kita tak bisa menjadi ombak untuk mengerti bahasa laut, atau setegar karang untuk menahan gelombang, maka berlayar saja, sebab kita hanya perahu, yang tak tahu, kapan karam menjemput kita.

Garut, 24.10.15

Senin, 12 Oktober 2015

Membacamu

Diposting oleh Catatan Angin di 09.31 0 komentar

Aku membaca hujan
Membaca puisi
Membaca hari dan sunyi
Membacamu,
Membaca semua milikmu, dan
Segala yang bukan milikku...

Kepergian

Diposting oleh Catatan Angin di 06.39 0 komentar

Dalam Film STAND BY ME "DORAEMON"

Oleh : Royhanatul Fauziah

Kamu lihat, ketika Doraemon akan pergi, dan Nobita memaksa Doraemon untuk tetap tinggal tapi tidak bisa. Ia bersedih dan menangis sejadi-jadinya. Mungkin seperti itulah aku, ketika kamu tinggalkan. Tetapi Nobita beruntung karena Doraemon tidak jadi pergi. Sedangkan aku, aku masih sebatas penyendiri, menanti sampai aku lupa, bahwa kamu sudah tidak disini dan tidak akan pernah kembali lagi.

Minggu, 11 Oktober 2015

Waktu Senja

Diposting oleh Catatan Angin di 05.33 0 komentar

Aku menyukai langit senja. Ia seperti lembar penutup sebuah catatan bisu.
Mungkin warnanya tidak sebiru langitmu yang menenangkan.
Tetapi lihatlah warna senja, kau akan menemukan waktu yang berlari,
Dan kita seumpama dua titik yang menyaksikan perpindahan itu.
Waktu dimana petang beranjak menjadi malam.
Dan malam bukan lagi cerita kelam,
meski terkadang menyisakan sebuah perpisahan.
Tapi kau tahu, di bawah langit senja itu,
Aku menemukan cerita untuk menutup hari, seperti sebuah percakapan,
ketika semua menjadi sunyi,
ketika semua telah beranjak pergi.

Kamis, 02 April 2015

DI PENGHUJUNG PETANG 2

Diposting oleh Catatan Angin di 18.44 0 komentar
Selain kenangan, ada warna dan rasa,
yang membuatku selalu ingin kembali ke tempat yang sama,
kedai eskrim itu, dan juga hatimu, ksatriaku.

DI PENGHUJUNG PETANG

Diposting oleh Catatan Angin di 18.39 0 komentar
Selalu ada yang meletakan kenangan,
entah itu pada segelas eskrim vanilla, atau coklat,
atau pada kita, yang bertahta
di penghujung petang.

Puisi

Diposting oleh Catatan Angin di 18.23 0 komentar

Sebab segala kata ada padamu,
sedang dalam diriku, kata-kata seolah tiada.
Padamu, segala kata menjadi nyata,
dan aku tidak ada.

Kamis, 19 Maret 2015

Bait Masa Lalu

Diposting oleh Catatan Angin di 10.42 1 komentar

Kau yang memanggilku puisi
Padahal tak mampu kuselesaikan waktu
Tidakkah kau tau
Kini aku terkunci pada satu bait masa lalu

Kau terus berlalu ...
Sedang aku masih mengenangmu

Sabtu, 24 Januari 2015

Lelakiku

Diposting oleh Catatan Angin di 04.01 0 komentar
Lelakiku, aku ingin mencintaimu seperti kesunyian.
Yang selalu hadir setiap kali aku terjaga.
Yang datang tanpa perlu kupinta terlebih dulu, dan kupelihara.
Yang seringkali hadir di tengah keramaian.
Meski harus merasa asing. Tapi aku perempuanmu, yang rela jika harus terasing di dalam dirimu.
Kemudian akan kunikmati setiap keterasingan yang kau suguhkan itu.
Setelah kau merasa lelah menyaksikan hidup yang penuh dengan kepura-puraan, maka kau akan menemui kesunyian setelahnya.
Pada saat itu, kau boleh menemuiku, Lelakiku.
Sebab, akulah kesunyianmu. Kau boleh menatap mataku, membaca hatiku yang tanpa kepura-puraan. Atau mencintaiku?
Sebab pada akhirnya, setiap orang akan mencari kesunyiannya masing-masing.
Dan aku ingin menikmati kesunyian itu. Bersamamu,
Lelakiku.

Selasa, 18 November 2014

Tentang Orang-orang yang Lapar

Diposting oleh Catatan Angin di 09.45 0 komentar

Tentang Orang-orang yang Lapar

Orang2 sibuk dengan laju harga.
Mereka takut sengsara, dan takut
pada perut yg lapar

Adakah orang2 itu meyakini bahwa
tak ada yg harus ditakuti dari
sebuah harga,
kecuali hidup yang tak pernah
berjalan kemana-mana?

Aku hanya menyaksikan,
di tengah kesibukanku mencari
kehidupanku sendiri.

Kamis, 18 September 2014

Tentang Angin dan Laut

Diposting oleh Catatan Angin di 23.29 0 komentar

Tak ada yg mengerti kesedihan angin
kecuali deburan ombak
gelombang di cinta kita
Padahal, kaulah muara
Bagi sungai-sungai rindu

Lautku,
Aku merindukanmu menyatakan cinta pada sang angin,
Meski hanya sekedar isyarat,
Meski hanya seucap maaf
Meski hanya gelombang yg kudapati

Ketika angin berbicara, sebenarnya ia hanya berbicara pada dirinya sendiri.
Mungkin di laut itu, ia bukan apa-apa, bukan siapa-siapa.
Ia mulai mengerti, ombak itu hanya mencintai dirinya sendiri.
Tak ada yg mencintai angin, atau sekedar ingin. 

Juli 2014

 

CATATAN ANGIN Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review