Senin, 09 November 2020

SUATU MALAM DI HARI KAMIS, 5 NOVEMBER 2020

Diposting oleh Catatan Angin di 09.59 0 komentar
Suatu hari di Kamis malam,  tepat pukul 23.00. Seorang lelaki dengan amarahnya hendak masuk ke kamarku setelah sebelumnya ia melempar semua barang yang ada di sekitarnya, ia melempar vas besar hingga terdengar suara keras. 

Saat itu semua orang barangkali telah terlelap atau sibuk dengan malamnya sendiri.

Aku hanya berdua dengan anakku di kamar yang sunyi.

Pintu kamar telah ku kunci sebab aku takut lelaki itu menyakitiku lagi. Namun lelaki itu tetap berusaha untuk masuk. Ia mendobrak pintu dengan tangannya yang kuat dan besar. Kudengar suara denting gagang pintu terjatuh ke lantai. Daun pintu itu telah dirusaknya. Apa yang lelaki itu inginkan?

Ketika lelaki itu tak berhasil menerobos pintu,  ia menuju jendela kamar yang terbuat dari kayu. Kayu itu mudah sekali rapuh. Seketika semua terasa sunyi kembali. Hanya ada suara gertakan kayu dan bayangan lelaki itu yang tengah berusaha untuk merusak jendela.

Tuhan,  aku takut sekali!

Aku mencoba menelpon orangtuaku yang berada di kamar yang lain. Namun tak ada jawaban. Aku teringat saudaraku di sebelah rumah, barangkali ia belum tidur. Dengan tangan yang gemetar,  aku mencari namanya di kontak.

"Halo." Jawaban di telepon itu membuatku merasa sedikit lega, namun ketika aku ingin mengatakan sesuatu,  bibirku seperti terkunci. Aku tak bisa mengatakan apa-apa. Aku tak bisa mengatakan apapun meski hanya satu kata, karena lelaki itu masih berusaha membuka jendela. Bayangannya membuatku takut. Aku takut sekali! Aku takut sekali! Aku takut sekali!

Telepon masih ku genggam dengan tangan gemetar, dengan suara tertahan. Kudengar suara di telepon itu masih bertanya-tanya,  "Ada apa.. Ada apa?"

Dadaku terasa sesak, sesak, dan sakit. Di tengah ketakutan dan semua tekanan itu, seketika segalanya terasa gelap.......

Dan malam itu, aku berteriak. 

Teriakan yang memekakan telinga. Aku tak bisa menahannya. Seperti bukan diriku. Seperti sesuatu keluar begitu saja dari dalam dada. 

Seketika anakku yang tengah tertidur memelukku. Tapi aku masih menangis dan berteriak tak tertahan. 

Sesaat kemudian kudengar suara dibalik pintu tengah ramai, yang kutahu setelahnya tetangga sudah berkumpul. Mereka menyuruhku membuka kunci. 

Lelaki itu tak berhasil membuka pintu dan jendela, setelah mendengar teriakanku, ia entah kemana.

Namun aku masih berteriak, pikiranku entah dimana, aku dipenuhi ketakutan, aku memanggil nama Ayah dan Ibu. 

"Ayaaah... Ibuuu...  Aku takut...  Aku takut lelaki itu...!! Aku takut lelaki itu.......!! " Dan aku masih berteriak keras sekali sambil memeluk anakku yang sedang ketakutan. Hanya itu yang kuingat. 

Sementara suara diluar pintu menyuruhku untuk tenang, Katanya, "Ayah ibu diluar.  Buka kuncinya pelan-pelan."

Lalu aku berusaha membuka pintu itu, dan semua orang meraihku dan mengambil anakku dari pangkuanku. 

Aku terduduk di lantai, aku menangis dan berteriak di pelukan saudaraku. Sementara saudaraku yang lain berusaha membuka kepalan tanganku yang kuat. 

Aku tak bisa berbicara apa-apa,  aku hanya terus berteriak dan menangis terisak hingga segelas air putih menenangkanku.

Semua berlalu ketika semua orang membawaku ke kamar yang lain. Aku sudah kembali tenang,  begitupun anakku yang tertidur di pelukanku. 

Lelaki yang ku takuti itu entah pergi kemana. Aku tak ingin tahu dan tak ingin mencari tahu. Meski aku takut ia menemui ku lagi suatu saat nanti. 

Mungkin kau bertanya-tanya,  siapa lelaki itu? Barangkali ia hanya bayangan,  barangkali ia nyata?

Apapun itu, ku harap aku tak pernah melihatnya lagi meski hanya sekelebat bayangan,  ku harap ia tak menjadi mimpi buruk di setiap tidurku. Ku harap,  malam itu adalah kali terakhir aku melihatnya.

Ditulis pada hari Selasa, 10/11/20

Sabtu, 18 Juli 2020

Sayap yang Patah

Diposting oleh Catatan Angin di 06.34 0 komentar

Aku akan bercerita, tentang sepasang sayap yang terbang dibasuh hujan.

Sepasang sayap yang hanya akan kau temui dalam bayangan pagi. Kemudian hilang di sore hari.

Saat malam, mereka bersembunyi di bilik waktu. Kemudian saling bertukar cerita tentang impian-impian dan hal apa saja yang ingin mereka lakukan esok hari.

Kau tau, sepasang sayap adalah satu raga dengan pemiliknya. Mereka berbeda namun sejiwa. 

Mereka ingin saling memeluk tetapi bagaimana mungkin?

Ada jarak yang memisahkan. 

Ada batas yang tak bisa ditebas.

Sayap-sayap itu bisa saja bertemu, saling menyentuh, saling memeluk. Namun jika itu terjadi, mereka akan patah. Mereka bukan lagi "sepasang sayap".

Meraka hanya akan menjadi sayap-sayap patah. Seperti kata Khalil Gibran.

Sayap itu rela terluka, rela tidak bisa terbang lagi demi bisa bersamad dengan sayap yang lain.

Akhirnya ia merelakan dirinya terpisah dari tubuhnya.

Begitu bodohnya dia.

Tubuh itu kini melemah, tak dapat terbang lagi sebab ia kehilangan satu sayapnya. 

Begitupun sayap yang lain, ia tak berarti apa-apa, karena baginya, sepasang berarti sempurna meski tak bisa bersama.

Sayap bodoh itu kini menyesal, ia tak lebih dari seonggok sayap yang akan lebur termakan usia.

Namun tak ada yang dapat mengembalikan waktu.

Kini yang tersisa hanyalah seekor burung dengan sayap patah.

Kepikiran aja

Diposting oleh Catatan Angin di 06.09 0 komentar
Dulu sering kudengar pertanyaan,
"Nanti mau dibeliin apa?"

Dan selalu kujawab tidak ingin apa-apa, 
padahal aku ingin banyak hal.

Meski tanpa menyebutkannya, dia selalu tahu apa yang kumau.

Sekarang kupikir, gimana ya rasanya pengen apa-apa tinggal minta?

Terus denger kalimat
"Iya, sabar ya, nanti dibeliin."

Enak kali ya..

Selasa, 14 Juli 2020

Mencintai bukan Sekedar Memberi dan Menerima

Diposting oleh Catatan Angin di 07.06 0 komentar

Banyak orang mengatakan "Cinta itu memberi dan menerima."

Terlalu klasik.

Memberi itu mudah. Terlalu mudah malah.
Semua orang bisa memberi. Apapun yang orang jatuh cinta miliki pasti akan ia beri.

Maka jangan katakan bahwa cinta adalah memberi jika memberi semudah kau memberikan separuh waktu istirahatmu untuk menemaninya, atau semudah kau menghabiskan isi dompetmu untuk membelikan apa yang dia mau.

Memberi mungkin membuatmu bahagia, tapi memberi bukan keharusan, memberi hanya salah satu usaha untuk dicintai.

Yang sulit itu menerima.

Kalau tak ingin menerima salah satu yang ada dalam dirinya, jangan katakan bahwa itu cinta.

Maka cinta adalah menerima. Sesulit kau menerima satu saja kekurangannya. Sesulit kau menerima masa lalunya. Sesulit kau menerima rasa cemburu. Sesulit kau menerima rasa sakit yang ia hadirkan.

Sebab ketika kau sudah jatuh cinta, menerima seharusnya sudah menjadi bagian di dalamnya. Itu sebaik-baik cara mencintai.

Minggu, 05 Juli 2020

Persegi

Diposting oleh Catatan Angin di 13.36 0 komentar

Seandainya, di dunia ini hanya ada satu jenis bentuk. Persegi, namanya. Hanya ada satu jenis bentuk, dan satu-satunya.

Di suatu tempat, hiduplah seorang laki-laki yang sangat mencintai persegi, dia suka dengan segala hal yang berhubungan dengan persegi. Sejarahnya, ceritanya, setiap sisinya, dan semuanya. Bahkan ia menyimpan segala benda yang berbentuk persegi. Tidak ada hal yang dia sukai di dunia melebihi rasa sukanya dengan bentuk persegi.

Sedangkan di belahan bumi yang lain, ada seorang perempuan yang sangat membenci bentuk persegi. Dia benci hingga ingin membuang segala hal jika itu berbentuk persegi, ia tak suka mendengar apapun tentang persegi, sepatah katapun perempuan itu tidak mau membahas apapun tentang persegi.

Suatu hari, laki-laki dan perempuan itu dipertemukan. Mereka bercerita tentang banyak hal, kecuali persegi. Kebersamaan membuat mereka saling jatuh cinta, mereka tidak bisa hidup tanpa satu sama lain.

Lalu, tiba saatnya lelaki itu membicarakan persegi dan menunjukkan seluruh miliknya yang berbentuk persegi. Ia pun menceritakan betapa ia sangat mencintai persegi. Perempuan itu marah, ia benci mendengar dan melihat semuanya.

Persegi, persegi, persegi.

Perempuan itu ingin pergi, sebab ia tidak ingin hidup dengan lelaki yang mencintai apa yang dia benci. Meskipun berat baginya kehilangan lelaki yang dicintainya.

Lelaki itu menahannya, ia berkata bahwa ia tidak bisa kehilangan perempuan itu. Tapi ia juga tidak bisa kehilangan persegi.

Bagaimana kemudian?

Apa yang harus mereka lakukan agar bisa tetap bersama?

Minggu, 24 Mei 2020

Lebaran

Diposting oleh Catatan Angin di 05.22 0 komentar

Aku hanya ingin bercerita
Bahwa hariku tidak menyenangkan
Seperti biasanya

2020

Selasa, 05 Mei 2020

Ketidakjelasan

Diposting oleh Catatan Angin di 10.12 0 komentar

Sudah berapa banyak rindu yang kita ucapkan?
Dan semua selalu kembali pada sepi

Bukan hanya jarak yang harus ditempuh, lebih dari itu, ada ruang yang kadang aku sendiri tak mengerti dimana batasnya--

Yang kutahu,
Aku merasa terkurung sekaligus bebas pada saat yang bersamaan

Aku tidak berkata bahwa aku bahagia
Tapi aku juga tidak bersedih
Hanya karena sebait kenangan yang membuatku tersenyum mengingatnya

Bagaimana  dengan kamu?

Aku tahu, kota ini tak pernah benar-benar merekam cerita kita
Ceritamu, ada di kota lainnya.

Barangkali kita hanya angin lalu
Yang kebetulan dipertemukan

Atau

Waktu memaksa kita hanya untuk saling merindukan

Senin, 04 Mei 2020

Nak, perpisahan itu apa?

Diposting oleh Catatan Angin di 01.45 0 komentar

Seperti apa perasaan setelah perpisahan itu?

Barangkali hanya perasaan sedih yang sementara, untukku sendiri tapi.

Lalu bagaimana untukmu, nak?

Kau begitu bahagia bertemu dengannya, ayahmu.

Kau memeluknya tanpa perasaan asing.

Nak, apa kau juga akan bersedih sementara seperti aku?

Atau selamanya?

Atau kau akan marah pada keadaan?

Perpisahan, kenapa begitu rumit dan menakutkan?

Minggu, 26 April 2020

Membacamu

Diposting oleh Catatan Angin di 03.42 1 komentar

Aku bukan penulis.
Tulisan-tulisanku tidak pernah menyentuh kehidupan, tidak pernah menyentuh apapun. Bahkan hatimu.

Aku hanya penikmat tulisan.
Jadi menulislah, agar aku selalu mengetahui apa isi kepalamu dan isi hatimu.

Selasa, 21 April 2020

Pertanyaan Tentang Rindu

Diposting oleh Catatan Angin di 02.39 0 komentar

Aku penasaran, apa rindu itu hanya untuk mereka yang berjauhan?
Lalu bagaimana dengan yang bertemu setiap hari?
Apa rindu itu tetap ada?
Bagaimana cara mereka saling merindukan?
Apakah rindu itu penting?

Mungkin bagi mereka, rindu itu hanya sesekali, tapi cinta selalu ada setiap harinya.

Ah, sudahlah, cinta itu tidak ada, yang ada hanya terbiasa bersama, maka, saat berjauhan seperti kehilangan lalu rindu.

Tapi bagaimana dengan yang tidak bersama tapi selalu rindu?

Kenapa harus ada rindu?

Kenapa rindu lebih mendebarkan?

Kenapa rindu itu menyedihkan?

Senin, 20 April 2020

Jawab

Diposting oleh Catatan Angin di 07.36 0 komentar

Kadang aku bertanya-tanya, kenapa harus ada aku padahal kamu sudah bahagia?

Senin, 30 Maret 2020

Kau Tau

Diposting oleh Catatan Angin di 14.10 0 komentar

Kau tau bagaimana rasanya merindukan seseorang tanpa bisa melakukan apa-apa?

Kau tau bagaimana rasanya merindukan seseorang yang sudah bahagia dengan yang lain?

Kau tau bagaimana rasanya merindukan seseorang yang bahkan tak berhak kau rindui?

Jumat, 27 Maret 2020

Jika

Diposting oleh Catatan Angin di 11.56 0 komentar

Jika hidup itu perjalanan,
maka aku membebaskanmu berkelana dengan siapapun dan kemanapun kau mau.

Jika hidup itu penantian,
biarkan aku menanti
menanti
menanti

Hingga sepi.

Rabu, 18 Maret 2020

Tentang Tanya

Diposting oleh Catatan Angin di 11.01 0 komentar
Seharusnya tidak pernah ada cerita, namun semuanya terlanjur kutulis.
Kamu sudah masuk, menjadi bagian dari cerita itu.

Aku tak bisa menghapusnya, dan kamu harus tetap ada sampai aku memutuskan akan mengakhiri ceritanya, atau meniadakan kamu dan menggantinya dengan yang lain.

Jika kamu memilih pergi, bukan berarti kamu tidak ada.
Kamu tetap ada, menjadi bagian dari kenangan.

Kenapa kamu harus ada jika hanya menjadi kenangan?

Aku benci mengenang.

Apakah Tuhan sedang memberi tanda, bahwa kita memang tidak pernah ditakdirkan untuk bersama?

Sejak semula, kita memang terlalu memaksakan semuanya. Tapi pertemuan itu, aku tidak pernah menyesalinya.

Namun kenapa Tuhan mempertemukan kita terlebih dahulu untuk mengetahui bahwa kita bukan satu?

Seharusnya Tuhan tidak pernah mempertemukan kita saja.

Aku benci mengenang.

Bisakah kita ulang kembali semuanya?

Kamu tidak ada. 
Kenangan tidak ada. 
Begitu juga rindu.

Bisakah?

Kamis, 12 Maret 2020

Hujan

Diposting oleh Catatan Angin di 17.39 0 komentar

Kalau aku suka hujan, bukan berarti aku harus berjalan di bawah hujan, main sama hujan, apalagi meminum air hujan.

Boleh saja kita bermain hujan, itu pasti akan membuat kita bahagia karena kita menyukai hujan itu, tapi apa itu baik buat kita?

Sedangkan ada banyak cara untuk menikmati hujan, dengan menatap hujan, atau mendengar suara hujan atau sekedar menyentuhnya dengan telapak tangan.

Artinya, kalau kita mencintai seseorang, bukan berarti kita harus hidup bersama orang itu, meskipun kita sangat menginginkannya.

Tentang Debar Itu

Diposting oleh Catatan Angin di 05.57 0 komentar

Tak ada yang selalu sama
Cinta, rindu, atau pernikahan sekalipun

Semua akan menemui titik dimana kau tak bisa lagi merasakan debar yang sama

Dan sampai saat ini, debar itu masih tetap ada saat aku merindukanmu.

Namun aku bisa saja pergi, mungkin karena rindu yang terlalu lama menunggu, sedang kau selalu tak punya waktu.

Rabu, 11 Maret 2020

Tentang Jarak

Diposting oleh Catatan Angin di 07.09 0 komentar

Kita berjarak sekian kilometer lebih dekat dari biasanya. Tapi, entah kenapa aku merasa berjarak lebih jauh, lebih jauh, dan lebih jauh lagi.

Barangkali memang benar, kita berjarak terlalu jauh.

Jarak, rupanya bukan tentang sejauh mana kota kita berjauhan,  bukan tentang perjalanan berapa lama kau menghabiskan waktu di jalan, atau tentang seberapa lama aku menunggumu datang hanya untukku seorang.

Lebih dari itu, jarak adalah tentang perasaan ketika kau dan aku sudah mulai merasa tak lagi saling merindukan.

Atau aku yang terlalu merindukanmu?
Sedang kamu tidak?
Atau aku yang bosan menunggu kabar darimu?
Sedang seluruh waktumu kau habiskan dengan yang seharusnya.

Aku mengerti, aku tidak pantas bertanya tentang cintaku yang entah kau letakkan di hatimu bagian mana, atau tentang rindu yang sebenarnya tak pernah benar-benar sampai di tepinya.

Tidak, aku tidak sedang meminta waktumu, atau memintamu memahamiku. Kau bebas memperlakukanku.

Hanya saja, aku sedikit lelah, barangkali kamu juga. Lelah dengan manusia labil sepertiku.

Apakah kita mesti berjarak lebih dekat lagi? Atau tidak sama sekali?

12/03/20

Senin, 09 Maret 2020

Sepasang Itu

Diposting oleh Catatan Angin di 06.00 0 komentar

Sepasang kekasih diertemukan untuk saling mencintai dan melengkapi

Namun ada kalanya sepasang kekasih dipertemukan untuk saling melupakan

tanpa sempat memiliki.

Jumat, 06 Maret 2020

Percakapan Tentang Cinta

Diposting oleh Catatan Angin di 06.10 0 komentar

Suatu hari, kau pernah bertanya padaku, apakah mungkin seseorang mencintai dua orang dalam waktu yang bersamaan?

Ya. Mungkin saja, kenapa tidak.

Jadi maksudmu, kau bisa mencintaiku juga mencintai yang lain selain aku?

Ya, bukan hal yang tidak mungkin jika aku mencintai dua orang dalam waktu yang sama. Aku mencintaimu, juga mencintai seseorang yang lain. Sebut saja kekasih yang lain.

Caranya? Bagaimana caramu mencintai dua orang dalam waktu yang sama? Bahkan aku selalu di sampingmu, dan aku tidak merasa kau sedang mencintai seseorang selain aku.

Kau tidak tahu saja, bahwa ingatan perempuan itu lebih berbahaya dari apapun yang kau miliki.

Aku tidak mengerti. Kau perempuan. Apakah mungkin kau membagi waktu dan tubuhmu dengan seseorang selain aku?

Kau tahu, cinta tidak melulu tentang tubuh, tidak juga tentang pertemuan, atau tentang keinginan saling memiliki.

Lalu?

Aku mencintaimu karena kau ada, karena kau mencintaiku juga. Dan aku mencintai kekasihku yang lain sebab ia selalu ada dalam ingatanku.

Bagaimana jika seseorang dalam ingatan itu muncul di hadapanmu?

Jika aku bisa mencintai dua orang dalam waktu yang sama, bukan berarti aku bisa membawa keduanya dalam hidupku.

Kalimatmu selalu membuatku bingung.

Maksudku, jika aku mencintai dua orang, maka aku akan menyimpan salah satunya hanya dalam ingatan. Aku tidak bisa membagi semua hidupku untuk dua orang. Maka, aku akan meninggalkan salah satu demi yang lainnya.

Jika dia datang, kau lebih memilih siapa?

Tentu saja kamu, yang kini ada dalam hidupku. Tapi jangan salahkan aku, jika ia tetap ada dalam ingatanku.

Aku cemburu pada ingatanmu.

Kau berhak untuk cemburu.

Lalu apa yang bisa kulakukan, agar aku bisa menghilangkannya dari ingatanmu?

Tidak ada. Kau bisa menghilangkan semua lelaki dalam hidupku, tapi kau tidak bisa menghilangkan satu orang dalam ingatanku.

Kalau begitu, kau harus memilih dia, dan biarkan aku yang pergi agar aku yang ada dalam ingatanmu.

Benarkah? Artinya kita tidak bisa bersama lagi.

Jika kita tidak bersama lagi, apakah aku akan hidup dalam ingatanmu?

Belum tentu.

Lalu kenapa dia bisa ada dalam ingatanmu sedang aku tidak?

Aku tidak tahu.

Apakah dia terlalu berarti?

Aku tidak tahu.

Aku tidak mengerti. Jika memang dia berarti untukmu, kenapa kau memilihku? Dan jika ia selalu ada dalam ingatanmu, kenapa harus ada aku di sampingmu?

Sebab aku mencintaimu. Tidakkah itu cukup?

Tapi kau juga mencintainya.

Ya, hanya dalam ingatan.

Tetap saja, aku cemburu. Aku tidak rela. Aku ingin hidupmu, ingatanmu, hanya tentang aku. Tapi aku juga tidak ingin pergi darimu hanya karena aku ingin kau selalu mengingatku.

Kalau begitu, jangan pergi. Tidakkah kau ingin aku mencintaimu dalam kehidupan nyata?

Aku ingin. Hanya saja aku sedikit tidak rela.

Masa lalu memang selalu menjadi mimpi buruk. Maka jika kau membencinya, kau harus mencintai seseorang yang tidak memiliki masa lalu sepertiku. Kau harus menjadi kesan bagi seseorang.

Sekarang aku mengerti. Jika aku pergi, maka, bukan aku yang ada dalam ingatanmu, tetapi sebaliknya, kau yang akan ada dalam ingatanku. Bahkan nanti, ketika aku bersama perempuan lain.

Lalu, apa kau akan pergi?

Tidak. Aku tidak ingin mencintaimu hanya dalam ingatan. Itu menyakitkan. Mencintai seseorang yang tak bisa kita miliki lebih menyakitkan dari kehilangan itu sendiri.

Aku beruntung memilikimu, sebab aku akan menjadi seseorang yang akan selalu kau ingat suatu hari nanti.

Tetapi menyakitkan bagiku, sebab tak ada aku dalam ingatanmu.

Suatu hari nanti, kau pun akan menjadi satu-satunya, dalam hidupku dan ingatanku.

Bagaimana caranya? Sedangkan saat ini kau memiliki kekasih dalam ingatan yang tidak bisa kamu lupakan?

Hanya waktu yang akan menghapusnya, dan cintamu yang tulus akan membuatku lupa akan ingatan itu.

Entah kenapa, meski terkadang menyakitkan, aku selalu mencintai caramu berpikir, caramu berbicara, dan caramu mencintaiku.

Waktu Senja

Diposting oleh Catatan Angin di 06.00 0 komentar

Jika senja telah tiba, semua akan berubah. Satu per satu, waktu kan mengambilnya dariku, dan aku takut hatiku menjadi kosong.

Namun aku percaya, kenangan itu masih tetap ada. Ia tersimpan manis dalam ingatan, atau dalam buku harian yang kusam. Kupikir, hanya itu satu-satunya hal yang mampu membuatku tersenyum.

Jika senja telah tiba, akankah kau ada disampingku? Ataukah aku yang tiada, dan kau bahagia menatap senja dengan seseorang yang lain?

Garut, 6/3/20

Senin, 24 Februari 2020

Kelahiran

Diposting oleh Catatan Angin di 09.16 0 komentar

Katanya, aku lahir tanggal 1 Maret 1992.
Tapi sejarah lain mengatakan aku lahir 5 Mei 1995.

Tapi kalau aku lahir thn 1995, berarti lulus SMA 2010 umur 15 thn? Kalau aku lahir thn 1995, ga mungkin aku TK umur 2 tahun, dan lulus kuliah umur 19 tahun?

Mungkin benar aku lahir thn 1992, tapi lebih tepatnya kapan aku tidak tahu, dan tidak ingin menanyakan lagi tentang sejarah itu, karena akan panjang.

Tapi aku bertemakasih pada orangtua yang sudah melahirkanku dan orangtua yang sudah membesarkanku sampai sekarang.

Kenapa harus aku?

Diposting oleh Catatan Angin di 06.50 0 komentar

Kadang, aku bertanya-tanya, diantara aku dan saudara kembarku, kenapa harus aku yang diberikan?

Tapi seseorang pernah berkata, Allah memilihku karena Allah percaya aku mampu. Padahal Allah bisa saja memilih kembaranku pada saat itu.

Aku tidak menyesal dibesarkan di keluarga ini. Malah aku bersyukur, karena kata mereka, aku jadi punya 4 orangtua. Aku juga bersyukur karena berkat keluarga ini, aku bisa merasakan bangku kuliah. Aku bisa bertemu dosen-dosen yang berilmu, bertemu teman-teman yang menyenangkan, mantan, dan orang-orang pernah menyayangiku, yang belum tentu bisa aku temui jika aku berada di keluarga itu.

Aku hanya sedih karena tidak bisa sedekat itu dengan keluarga kandungku, dengan adik, dan kakakku. Dan tidak pernah sempat menyayangi almarhum ayah dan almarhum kakakku yang ke 3.

Kadang aku iri, karena aku juga ingin merasakan kasih sayangnya seperti yang dirasakan adik dan kakakku.

Saudara-saudaraku bilang, dulu ayahku selalu bercerita tentangku, menanyakan kabarku, dan sesekali mengunjungiku. Tapi saat itu aku belum mengerti.

Saat aku sudah dewasa, aku baru mengerti tapi rasanya semuanya sudah terlambat karena ayahku sudah tidak ada.

Aku sedih karena mungkin almarhum ayahku tidak tahu, kalau saat ini aku sudah tahu bahwa aku anaknya.

Mungkin beliau juga tidak tahu bahwa aku menyayanginya meskipun aku tidak pernah dekat dengannya.

Aku rindu sekaligus merasa bersalah. Rasanya seperti rindu pada seseorang yang pernah kita sakiti hatinya padahal kita tidak sempat mencintainya.

Jumat, 21 Februari 2020

Lelah

Diposting oleh Catatan Angin di 12.30 0 komentar

Kenapa aku selalu merasa terluka, oleh orang-orang yang pernah atau sedang kucintai?

Padahal, aku merasa, kalau aku juga pantas bahagia tanpa seorangpun disisiku jika itu hanya melukaiku.

Kupikir, aku selalu mencintai siapapun dengan tulus tanpa pernah meminta apapun. Aku merelakan semuanya datang dan pergi begitu saja, bahkan aku lebih sering terdiam, memendam semuanya. Tapi kenapa yang datang padaku selalu membawa luka.

Tidak. Aku tidak sedang menyalahkan siapa-siapa. Hanya saja, terkadang aku merasa lelah.

Aku lelah dengan perasaanku sendiri, bahwa sebenarnya aku tidak layak dicintai.

TANPA

Diposting oleh Catatan Angin di 12.15 0 komentar

Aku bosan menulis puisi. Kadang aku selalu bingung memikirkan kata-kata yang tepat, sehingga pesan pentingnya kadang tidak tersampaikan.

Aku hanya ingin menulis saja. Tanpa metafora, tanpa kalimat-kalimat indah.

Rabu, 05 Februari 2020

Hanya Saja

Diposting oleh Catatan Angin di 12.36 0 komentar

Aku tak sedang mencari alasan
Kukira dicintai tak selalu menyenangkan
Jadi sebaiknya jangan mendekat
Sebab aku tak ingin terlihat jahat

Bukan aku tak ingin dicintai
Hanya saja........

Kabar Malammu

Diposting oleh Catatan Angin di 06.00 0 komentar
Apa yang harus kulakukan, jika rindu itu hadir
Sedang yang kupunya hanya perasaan sendiri dan terusir
Aku tak bisa menatapmu dari balik layar
Sebab kau menutup semua gambar
Padahal aku hanya ingin sebuah kabar
Tentang pagimu, masihkah kau mengeluh karena sarapan yang membosankan?
Tentang harimu, yang barangkali tak lagi terasa melelahkan. Akankah dia selalu ada untuk menenangkan?
Atau tentang malammu yang kini hidup karena sebuah pelukan?
Pelukan, yang selalu kuinginkan.
Pelukan, yang sesekali kita lakukan.
Kini, bagaimana mungkin aku membayangkan tubuhmu berada di pelukannya?

Februari, 2020

Selasa, 04 Februari 2020

Kujalani Sendiri

Diposting oleh Catatan Angin di 07.23 0 komentar

Kisah ini masih kutulis
Sebab kamu kembali
Dengan satu kata "Rindu"
Yang akupun masih menyimpannya

Namun
Mengapa aku merasa
Bahwa kisah ini hanya kujalani sendiri?

Sebuah Cerita

Diposting oleh Catatan Angin di 07.07 0 komentar
Tadinya aku ingin menuliskan kisah yang panjang dari perjalanan kita.
Tapi rupanya, perjalanan kita terlalu singkat untuk ditulisan ke dalam sebuah cerita.
Jadi kutulis kisah itu hanya dalam potongan-potongan cerita saja.
Ingatkah kamu, dengan tulisanku yg berjudul SEBUAH TITIK?
Aku masih bingung menentukan titik itu.
Bagaimana akhirnya kita? Bisakah kau membantuku menemukan akhir?

Januari, 2020

Selasa, 28 Januari 2020

Nanti Juga Biasa Lagi

Diposting oleh Catatan Angin di 12.49 0 komentar

Maaf kemarin aku menulis tentang siapa yang terluka. Kemarin aku hanya merasa menjadi manusia paling terluka.

Sebab setelah kamu pergi, aku tidak punya siapa-siapa lagi. Tak ada ucapan selamat pagi, perhatian, atau sekedar menanyakan anakku sedang apa?

Tapi tak apa, aku sudah terbiasa dengan sepi.

Aku tidak ingin lagi menebak siapa yang paling terluka, seperti dulu aku selalu menebak siapa yang paling sayang.

Aku tahu kita punya luka masing-masing.

Aku memang terluka dan menangis. Mungkin kamu tidak menangis, tapi bukan berarti kamu tidak terluka, mungkin juga kamu hanya sedikit terluka? Atau malah tidak terluka sama sekali?

Ah, aku menebak-nebak lagi. Maaf. Kepalaku memang selalu dipenuhi prasangka.

Entahlah. Atau aku hanya berusaha untuk tidak peduli.

Tentang kemarin itu, aku sama sekali tidak marah. Aku juga tidak kecewa.

Jangan khawatir. Tidurku normal, hanya sulit makan saja. Hidupku baik-baik saja. Aku bekerja seperti biasanya, meski terkadang aku menghela nafas panjang sambil memukul-mukul dada jika terasa sesak karena sakit mengingatnya.

Tapi aku tidak ingin kamu terluka sepertiku. Jika kamu bahagia, berbahagialah. Dan terimakasih untuk tidak menunjukkan kebahagiaan itu di depanku.

Tentang luka itu, seperti yang sering kita berdua katakan, "Nanti juga terbiasa lagi..".

Senin, 27 Januari 2020

Siapa yang Terluka?

Diposting oleh Catatan Angin di 20.44 0 komentar

Ingatkah kau, saat dalam perjalanan sepulang dari Bandung, aku bertanya; "Lebih baik memutuskan atau diputuskan?" Dan kau memilih diputuskan karena dengan begitu, kamu merasa tidak akan terbebani dengan perasaan bersalah seperti jika kamu memilih memutuskan.

Aku sendiri tidak tahu harus memilih apa, sebab bagiku, memutuskan atau diputuskan sama sakitnya.

Aku bertanya bukan tanpa maksud.

Aku bertanya karena aku tahu, suatu saat entah kapan, kita akan berpisah. Dan aku ingin tahu caramu menanggapi sebuah perpisahan.

Dan kemarin, kita berpisah.

Siapa yang memutuskan, aku tidak tahu. Yang pasti aku sangat terluka. Kupikir, kamu tidak seterluka itu, sebab kamu masih memiliki seseorang yang selalu ada di sampingmu. Membuatmu tersenyum. Menemani harimu.

Setidaknya, kamu tidak sendirian.

Melepaskan

Diposting oleh Catatan Angin di 16.47 0 komentar

Akhirnya kita berpisah
Maaf, aku tidak bisa terluka lagi

Jadi, aku memintamu meninggalkanku karena sebenarnya aku tidak bisa meninggalkanmu

Aku tidak tahu siapa yang melepaskan siapa
Meski pada akhirnya aku merasa kamulah yang melepaskanku

Tak apa, sejak semula aku sudah rela
Meskipun aku masih merasa sedikit terluka

Jangan berkata bahwa kamu masih ada
Jangan berkata bahwa kamu tidak pergi dan melihatku dari jauh. Aku benci kalimat itu!
Karena nyatanya kamu sudah tidak ada.

Kupikir, aku juga harus melepaskanmu
Menghapus semua tentangmu
Jadi aku menghapus akun bayanganmu dan nomor kontakmu

Kau tahu bagaimana rasanya meminta untuk dilepaskan padahal sebenarnya tidak ingin?

28 01 20

Jumat, 17 Januari 2020

Sejak Semula

Diposting oleh Catatan Angin di 06.33 0 komentar

Apakah lebih baik, jika sejak semula kita tidak pernah memulai saja?

Tapi aku bahagia denganmu
Hanya saja, aku takut jika pada akhirnya hanya menyisakan kehampaan

Aku masih takut kehilanganmu
Hanya saja, aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya

Sebab perasaanku selalu terbatas untuk diungkapkan. Kau mengerti, kita tidak saling memiliki. Kita saling berpelukan namun perasaan kita hanya sebatas rindu dan rindu saja.

Sesekali, aku merasa dicintai. Sesekali juga aku kehilangan cinta itu sendiri.

Akankah lebih baik, jika sejak semula kita tidak pernah memulai saja?

Sebab aku takut lebih terluka, atau melukaimu.

17120

Senin, 13 Januari 2020

Rindu yang Tak Mampu Dikatakan

Diposting oleh Catatan Angin di 22.15 0 komentar

Sepertinya tadi ada puisi yang terlintas saat ingatan tentangmu hadir sekejap.

Namun aku lupa menuliskannya karena ingatan itu terlalu dalam dan panjang.

Ah, sudah selarut ini.

Sepertinya aku ingin segera menuliskannya agar menjadi puisi yang romantis.

Namun aku hanya mampu menulis satu kata saja.

Rindu.

Lalu apa?
Hening kembali.

Kupikir, sudah lama aku tidak menerjemahkan kata itu.

Sebenarnya, aku sering merasakannya lalu akhirnya kubiarkan saja.

Sebab rindu itu menjadi menyakitkan saat aku tahu bagaimana cara memulihkannya namun aku tidak bisa melakukannya.

Perihal...

Diposting oleh Catatan Angin di 22.03 0 komentar

Sebenarnya aku ingin duduk di sampingmu
Sambil menggenggam tanganmu
Atau menatap wajahmu sesekali

Melalui jendela ini kusimpan kenangan
dan keinginan itu
Aku tahu,
Kenangan, tak harus tentang wajah seseorang
Aku suka duduk manis di belakang, memandangimu..
Meski hanya sebatas punggungnya saja

Setelah Nonton Film Sad Ending

Diposting oleh Catatan Angin di 21.47 0 komentar

Beberapa waktu lalu, lagi suka nonton film drama romantis seperti Me Before You, Silver Linnings Playbook, Her, dll. Semua drama itu kisahnya SAD ENDING. Ditinggal pergi.

Selama nonton itu, terlihat mereka pasangan yang saling mencintai dan takut kehilangan. Aku merasa mereka adalah pasangan yang tak terpisahkan, yang jika kehilangan salah satunya maka hidupnya tidak mudah lagi.

Tapi ternyata tidak, sepeninggal orang yang dicintai, hidup mereka tetap berjalan seperti biasanya. Berarti perasaan takut kehilangan itu cuma sementara karena mereka belum benar-benar merasa kehilangan. Dan setelah kehilangan... Yasudah. Hidup normal. Semudah itu.

Aku coba membayangkan momen itu ke dalam hidup aku, tapi tidak mudah. Masih ada perasaan takut. Mungkin karena dia masih ada. Entah setelah dia benar-benar pergi, aku sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi.

Aku tidak ingin merasakan takut dan sakit. Tapi aku ingin benar-benar hidup layaknya orang pada umumnya.

 

CATATAN ANGIN Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review