Sabtu, 18 Juli 2020

Sayap yang Patah

Diposting oleh Catatan Angin di 06.34

Aku akan bercerita, tentang sepasang sayap yang terbang dibasuh hujan.

Sepasang sayap yang hanya akan kau temui dalam bayangan pagi. Kemudian hilang di sore hari.

Saat malam, mereka bersembunyi di bilik waktu. Kemudian saling bertukar cerita tentang impian-impian dan hal apa saja yang ingin mereka lakukan esok hari.

Kau tau, sepasang sayap adalah satu raga dengan pemiliknya. Mereka berbeda namun sejiwa. 

Mereka ingin saling memeluk tetapi bagaimana mungkin?

Ada jarak yang memisahkan. 

Ada batas yang tak bisa ditebas.

Sayap-sayap itu bisa saja bertemu, saling menyentuh, saling memeluk. Namun jika itu terjadi, mereka akan patah. Mereka bukan lagi "sepasang sayap".

Meraka hanya akan menjadi sayap-sayap patah. Seperti kata Khalil Gibran.

Sayap itu rela terluka, rela tidak bisa terbang lagi demi bisa bersamad dengan sayap yang lain.

Akhirnya ia merelakan dirinya terpisah dari tubuhnya.

Begitu bodohnya dia.

Tubuh itu kini melemah, tak dapat terbang lagi sebab ia kehilangan satu sayapnya. 

Begitupun sayap yang lain, ia tak berarti apa-apa, karena baginya, sepasang berarti sempurna meski tak bisa bersama.

Sayap bodoh itu kini menyesal, ia tak lebih dari seonggok sayap yang akan lebur termakan usia.

Namun tak ada yang dapat mengembalikan waktu.

Kini yang tersisa hanyalah seekor burung dengan sayap patah.

0 komentar :

Posting Komentar

 

CATATAN ANGIN Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review