Senin, 26 September 2022

BUKAN PELARIAN

Diposting oleh Catatan Angin di 05.37 0 komentar
Dulu sering main piano karena merasa banyak hal yang harus disembuhkan, dan ingin mengalihkannya ke banyak hobi yang entah dari mana datangnya. 

Seketika saja ingin, seketika bisa, kemudian lupa dan tidak ingin bermain lagi.

Mungkin merasa sudah sembuh? Sehingga, segala macam pelarian tidak diperlukan lagi.

Apa benar seseorang bisa benar-benar sembuh? Atau hanya lupa bagaimana rasanya sakit?

Yang kutahu, ada satu hal yang bukan pelarian meski datang disaat sedang ingin disembuhkan. Itu sebabnya ia masih ada dan membuatku lupa apa itu sakit karena cintanya lebih besar dari rasa sakit itu.

Mungkin sekarang sebaliknya, malah aku yang menularkan rasa sakit itu, padahal aku tahu dia berbeda. Padahal aku tahu dia juga pernah terluka.

Maaf, mungkin aku memang belum benar-benar sembuh, itu sebabnya sikapku selalu tiba-tiba berubah. 

Aku takut terulang luka yang sama. 

Jumat, 26 Agustus 2022

Denganmu

Diposting oleh Catatan Angin di 08.58 0 komentar
Pertemuan selalu menyisakan rindu yang lebih dalam, namun masih ada petang yang menunggu untuk berbagi cerita dan kabar, atau sekedar mengisi kekosongan dan isi perut yang seringkali sengaja kita lewatkan.

Pertemuan selalu menyenangkan 
meski rasanya masih sedikit kita mengukir kenangan.
Sudah berapa tempat yang kita kunjungi?
Sudah berapa lama waktu yang kita habiskan bersama?

Kamu alasan kedua mengapa aku ingin hidup lebih lama.
Denganmu,  aku ingin mengukir kenangan lebih banyak lagi. 
Denganmu, aku ingin mengunjungi tempat lebih banyak lagi. 
Denganmu, aku ingin memasak lebih banyak makanan lagi. 
Denganmu, aku ingin menonton film lebih banyak lagi.
Denganmu, aku ingin berbicara tentang banyak hal lagi.
Denganmu, aku ingin cemberut, marah-marah, tertawa, dan bahagia lebih lama lagi.
Denganmu, dan hanya denganmu semua itu ingin kulewati.

Itu sebabnya, jangan tinggalkan aku, aku belum--- atau bahkan tidak siap jika kamu tidak ada.



Sebelum Fajar Menjemput

Diposting oleh Catatan Angin di 08.56 0 komentar
Malamku tak pernah luput dari ingatan, 
kudengar sayup suara yang memanggilku dari kejauhan.

"Aku rindu", ucapnya lirih.

Ku katakan, "Temui aku sebelum fajar. Sebelum mimpi menjemputmu dari hingar bingar kota dan ocehan orang-orang yang seringkali meresahkanmu".


Senin, 15 Agustus 2022

PERJALANAN

Diposting oleh Catatan Angin di 07.49 0 komentar
Takdir hidup tidak ada yang tahu...
Aku dilahirkan dimana oleh siapa...
Dibesarkan dimana oleh siapa...
Mungkin aku juga akan mati dimana dan entah dengan siapa...

Dulu selalu bertanya, "kenapa harus aku?"
Sampai saat ini aku belum menemukan jawaban, tetapi satu hal yang aku yakini, bahwa takdir tidak pernah salah.

Bukankah di dalam kandungan kita sudah diperlihatkan perjalanan hidup, dan kita menyanggupinya itu sebabnya kita dilahirkan?

Aku memang sudah digariskan ke tempat yang semestinya, ke tempat dimana aku dilahirkan kemudian dibesarkan di tempat yang berbeda, takdir itu yang membawaku bertemu dengan berbagai manusia yang menjadi sahabat, guru, dosen, mantan, orang tersayang, keluarga dan saudara.

Karena dilahirkan dan dibesarkan di tempat yang berbeda, terkadang aku merasa asing, seperti bukan bagian dari siapapun. Aku selalu bertanya, apakah mereka juga menganggapku keluarga?

Tapi aku tidak pernah sekalipun menyesali semuanya. 
Perjalanan hidup ini, akan aku syukuri.
DILAHIRKAN ke dunia dan DIPERTEMUAN dengan semua yang kukenal dan kusayangi adalah anugerah dalam hidupku.

Kamis, 30 Juni 2022

SUATU MALAM KAU BERTANYA, "APAKAH KAU TAKUT KEHILANGANKU?"

Diposting oleh Catatan Angin di 05.17 0 komentar

SUATU MALAM KAU BERTANYA, "APAKAH KAU TAKUT KEHILANGANKU?"

Hanya diam dan sebuah senyuman jawabku malam itu. Namun yang sebenarnya ada di kepalaku adalah ini;

Bukan aku tidak takut kehilanganmu, hanya saja aku tidak ingin lagi memikirkan tentang memiliki dan kehilangan. Aku percaya kamu akan tetap tinggal dan aku bahagia karenanya, begitupun jika sesuatu membuatku kehilanganmu, mungkin aku akan bersedih. Namun aku akan cepat mengerti bahwa memiliki dan kehilangan hanya perjalanan yang semua orang akan lalui, hanya waktu dan caranya saja yang berbeda.

Jika kamu memilih untuk tetap tinggal denganku dan segala kekuranganku, yang kubisa hanyalah berterima kasih dan entah dengan apa aku bisa membalasnya. Mencintaimu saja tidak cukup, sebab kamu sudah mencintaiku lebih dari apapun, lebih dari semua yang bisa ku lakukan.

Tapi jika aku benar-benar kehilanganmu, sedihku takkan berarti apa-apa dibanding perasaan bahagia karena dicintai olehmu sebelumnya, dan aku akan tetap mengingatmu sebagai kenangan dan lelaki terbaik yang pernah ada. Itu sebabnya aku tidak lagi memikirkan tentang kehilangan, karena setelahnya tidak ada perasaan yang berbeda. Kamu tetap dalam ingatan, hanya tidak lagi bersama. Perasaan yang mungkin tidak akan pernah kamu ingin rasakan. Sebab bagimu, kehilangan sama dengan pergi dan melupakan untuk selamanya.

Aku merasa perlu menulis ini, kita tidak pernah tahu kemana takdir akan membawa kita. Bersama sampai maut memisahkan adalah keinginan setiap pasangan kekasih. Namun jika kehilangan adalah sebuah keharusan, aku tidak mungkin memintamu untuk tidak membenciku apalagi mengenangku sebagai perempuan terbaik, sebab yang terbaik bukanlah aku. Aku hanya berharap kelak kamu menyisakan dua ruang saja di hatimu untukku dan Pram sebagai dua manusia yang pernah kau cintai.


30.06.2022

Jumat, 20 Mei 2022

Apa itu Bahagia?

Diposting oleh Catatan Angin di 07.40 1 komentar

Bisakah kita mengukur kebahagiaan seseorang?


Bisakah orang menilai seseorang itu bahagia atau tidak?


Aku rasa, tidak ada orang yang benar-benar bahagia dalam hidupnya.


Kecuali orang-orang yang bisa menerima kenyataan dan bersyukur atas apa yang dia miliki dan hidup bersama orang yang dicintai.

Selasa, 17 Mei 2022

Perempuan Paling Bahagia

Diposting oleh Catatan Angin di 11.11 1 komentar
Kita hanya terlambat dipertemukan, tapi aku yakin kita saling mencintai disaat yang tepat. Bagaimana mungkin aku tidak bahagia, sedang caramu mencintaiku seolah tak biasa. Segala perlakuanmu, kelembutanmu, perhatianmu, dan katamu, aku akan menjadi perempuan paling bahagia.

YANG TAK MAMPU TERGAMBARKAN

Diposting oleh Catatan Angin di 11.07 0 komentar
Bahagiaku denganmu tak bisa tergambarkan oleh apapun bahkan oleh puisi terpanjang sekalipun. Kamu mengisi setiap ruang kosong dalam hidupku, dan malamku yang sunyi seolah tak ada lagi. 

Aku memang kehilangan kata seolah tak lagi mampu mempuisikan rasa, tapi itu artinya aku sedang bahgia. Kau tahu, aku hanya menulis saat sedang bersedih. Terkadang puisi-puisiku penuh dengan frasa yang tak berarti apa-apa, terkadang hanya sekedar kata yang tak menggambarkan apa-apa. Hanya sekedar mengisi kekosongan. 

Maka, jangan mencemburui puisi-puisiku yang lalu, sebab itu bukan lagi apa-apa.

Tapi tulisan ini bukan puisi, ini adalah isi hatiku yang sebenarnya. Lewat tulisan ini aku ingin mengatakan bahwa kamu memang PEMENANGNYA.

Senin, 02 Mei 2022

HARI RAYA

Diposting oleh Catatan Angin di 06.44 0 komentar
Kalau bersosialisasi itu bukan suatu kebutuhan dan keharusan, aku malas bertemu dan berkomunikasi dengan banyak orang. Aku malas menanyakan kabar, aku malas berbasa basi.

Bertemu dengan banyak orang membuatku lelah. Itu sebabnya aku tidak pernah banyak bicara. Kalaupun aku bicara, energiku seperti terkuras. 

Orang-orang barangkali tersenyum tulus, tapi aku lelah berpura-pura tersenyum.

Aku ingin pulang, mematikan handphone, diam, kemudian tidur.

Rabu, 20 April 2022

APA ITU KUAT?

Diposting oleh Catatan Angin di 07.13 0 komentar
Aku tidak suka ketika orang-orang menganggapku hebat dan kuat, karena sebenarnya aku tidak seperti itu.

Aku orang yang selalu menyalahkan keadaan. Kenapa, kenapa, dan kenapa?

Aku tidak suka situasi seperti ini. Terkadang aku ingin seperti perempuan lain. 

Aku mengenal seorang perempuan yang masa lalunya kelam,tapi dia sekarang punya sesuatu yang bisa dibanggakan, sehingga keluarga di sekitarnya bisa merasakan kebahagiaan itu dengan mengajak berlibur dan membelikan sesuatu, termasuk ibu saya ikut merasakan itu.

Perempuan itu tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan itu semua karena perempuan itu bisa mengambilnya dari suami orang lain. Semudah itu.

Sedangkan aku, bekerja keras dari pagi hingga sore tetap seperti ini.

Pernah ada bapak2 mapan yang menawarkan diri untuk menikah siri denganku, katanya dia ingin membelikan aku rumah dan membiayaiku setiap bulan, namun aku tolak karena bertentangan dengan HARGA DIRIku. 

HARGA DIRI?

Bicara soal harga diri, apakah aku masih punya harga diri? 

Perempuan yang kukenal itu menjual harga dirinya demi sebuah materi dan diapun mendapat perhatiam dari suami orang itu.Kurasa itu sepadan dibanding menjual harga diri tapi hanya mendapat sebuah kata cinta.

Apa itu CINTA? Apakah sesuatu yang dikatakan orang SEHIDUP SEMATI? Apakah hanya itu? Aku tidak mengerti.

Tapi kenapa rasanya perempuan itu terlihat bahagia hidup seperti itu, dan orang2 di sekitarnya pun merasakan bahagia itu.

Lalu ketika bapak itu mengirimku uang secara cuma-cuma tanpa pamrih, aku malah berterima kasih. Apakah aku sebenarnya perempuan yang munafik? Bukan perempuan kuat seperti yang orang lain pikirkan. 

Ah, tidak pikiranku sedang tidak baik-baik saja.

Aku menyadari pikiranku sedang baik-baik saja.

Saat berpikir seperti itu, aku selalu berpikir untuk bekerja diluar saja. Tapi entah dimana. Selalu terhalang oleh anak. Aku ingin bekerja diluar tapi tidak ingin meninggalkan Pram. 

Pada akhirnya aku hanya akan kembali pada kenyataan, bekerja sepanjang hari. Membayar cicilan rumah dan membiayai hidup sehari-hari, membeli barang-barang yang aku mau DENGAN USAHAKU SENDIRI. Tanpa harus menjadi simpanan suami orang. Bukankah hidup seharusnya begitu?

Keluhku hari ini hanyalah tentang rasa iriku. Iri terhadap perempuan lain yang bahagia menjadi pelakor, dan iri sama perempuan lain yang tidak bekerja krn ada suami yang menafkahi. 

Dan IRI karena orang lain bisa bahagia tanpa harus menjadi KUAT terlebih dulu. 

Selasa, 12 April 2022

SEBAGIAN LELAKI TIDAK MENGERTI

Diposting oleh Catatan Angin di 07.28 0 komentar

Ketika seorang perempuan berbincang dengan sebagian lelaki, dan lelaki itu mengetahui status oerempuan itu adalah janda, hal pertama yang mereka tanyakan adalah "Bagaimana kebutuhan biologismu?"


Apakah itu yang terbesit pertama kali di benak para lelaki?


Kenapa tidak menanyakan "Bagaimana selama ini kamu bertahan hidup?" 

"Bagaimana kamu menghidupi anakmu seorang diri?"


Bagi laki-laki kebutuhan biologis memang yang utama. Jangan samakan itu dengan perempuan.


Apakah mereka tidak tahu, bahwa kebutuhan utama perempuan bukanlah kebutuhan biologis, tapi materi.


Perempuan akan merasa terbantu hidupnya dengan materi bukan biologis.


Karena itu semua tidak penting kalau tidak bisa menjamin masa depan diri dan anaknya akan baik-baik saja.


Aku pernah melihat sebuah quotes film "Apa yang paling tinggi dari cinta?


Jawabku, merasa aman.

Minggu, 20 Maret 2022

Untuk Diriku Sendiri

Diposting oleh Catatan Angin di 01.25 0 komentar
Dua orang dilahirkan bersamaan belum tentu nasibnya sama. 

Tapi kupikir hidupnya lebih beruntung, tinggal dengan keluarga asli, masa kecilnya bahagia, selalu ada yang membela, dia juga punya seorang suami di sampingnya, ada yang berjuang untuknya, dan punya tempat cerita yaitu keluarga sendiri.

Di sisi lain, ada seorang perempuan yang sejak kecil diurus sana sini karena berpisah dengan orangtua kandungnya, sudah besar harus berjuang sendiri demi mencukupi hidup dan anaknya, tidak punya tempat berbagi, dan masa depannya entah akan bagaimana karena takut memulai kembali.

Siapa yang ingin ada di posisi seperti saya? Yang tidak sempat memeluk ayahnya, yang dipilih untuk pergi dengan keluarga lain kemudian merasa asing dimanapun saya berada, yang sampai saat ini saya tidak tahu alasan "kenapa harus saya?"

Sejak kecil sudah dipisahkan, sudah besar malah disalahkan. Padahal keadaan ini bukan aku yang memilih.

Ingin menyalahkan keadaan tapi aku tahu diri. Mungkin memang sejak kecil aku tidak pantas bahagia. Mungkin seharusnya aku tidak lahir saja.

Senin, 14 Maret 2022

Tentang Nanti

Diposting oleh Catatan Angin di 12.20 0 komentar
Dulu aku selalu ingin mati, karena merasa tidak dicintai. Karena merasa sendirian dan tidak ada tempat untuk berbagi. Aku merasa tidak pernah bahagia meski hidup dengan seseorang. Seseorang yang kurasa tidak pernah terasa kehadirannya.

Sampai-sampai, seseorang pernah mengatakan ini padaku, "Dari semua sajak yang kau tulis, sepertinya kamu tidak pernah bahagia."

Aku menolak mentah-mentah pernyataan itu, sebab aku ingin terlihat bahagia. Lalu kujawab, "Aku pernah bahagia, namun saat bahagia tidak ada satupun kata yang terlintas di benakku, itu sebabnya aku hanya menulis kesedihan."

Padahal, hidupku sudah abu-abu, sepertinya aku sudah melupakan bagaimana warna bahagia itu?

Terakhir kali aku bahagia adalah ketika menghadirkan seseorang ke dunia. Seseorang yang menjadi alasanku untuk tidak lagi berpikir tentang bunuh diri. 

Sekarang, aku selalu ingin hidup, melihat bagaimana nanti ia tumbuh kemudian mencintai seorang perempuan yang ia pilih untuk hidup bersamanya. 

Barangkali, saat itu akan menjadi perpisahan keduaku setelah perpisahan pertama setelah bertahun-tahun bertahan mencintai ayahnya kemudian melepaskannya.

Aku senang ketika seseorang yang lain datang mengisi hari-hariku, mengisi hidup anakku.

Namun sepertinya aku lebih senang hidup sendiri..
Aku selalu berpikir bagaimana jika kelak ia juga akan melukaiku? Atau aku yang tidak siap berbagi hingga aku melukainya dan akhirnya yang meninggalkanku?

Aku takut dengan semua kemungkinan itu. Jadi, aku lebih memilih sendiri..

Tidak, aku tidak menyukai kesepian. Tapi aku takut terluka, oleh sebab itu aku menghindari segala bentuk kebersamaan yang akan membuat perasaanku terikat pada seseorang. 

Aku hanya akan menyiapkan diri untuk perpisahan dengan anakku kelak jika ia menikah.

Mungkin aku akan hidup sendirian setelahnya.

Bukan Pendoa

Diposting oleh Catatan Angin di 12.16 0 komentar
Sebab aku bukan pendoa, atau barangkali aku terlalu malu untuk meminta. Maka aku bertanya, masih pantaskah aku mendapat hal baik hari ini?

Barangkali, doaku selalu membentur kata-kata. Kata-kata yang seolah tak pernah selesai kutuliskan, dan selalu kuucap dalam hati yang aku sendiri tak tahu apa. Ku yakin, Kau yang paling mengerti apa inginku.

Setiap pagi sesaat setelah aku membuka mata, hal-hal baik selalu kutemukan hingga mataku terpejam kembali. Hal baik itu datang dari mereka yang kucintai. Namun terkadang aku lupa mensyukurinya.

Semalam aku memikirkan banyak hal yang begitu berjarak dariku, yang jauh dan mungkin sulit untuk digapai. Adakah Kau mengerti apakah yang berjarak itu?

Keganjilan Hidup

Diposting oleh Catatan Angin di 12.15 0 komentar
Apa yang berubah? 
Hidup ini semakin ganjil
Sebab kesepian-kesepian yang terasa semakin Kau genapkan
Juga malam-malam ku yang larut di tubuh waktu
Membuatku semakin tak ada
Barangkali aku adalah kesepian itu
Terkadang aku tidak merasakan apa-apa
Bahkan tidak menangis
Tapi aku bersedih
Bersedih sampai aku tidak tahu bagaimana caranya menangis
Apakah ini masih tentang kesepian yang sama?
Kesepian,  selalu menjadi hantu yang paling menakutkan dalam hidup

Tentang Perjalanan

Diposting oleh Catatan Angin di 12.05 0 komentar
Mungkin engkau bisa bebas berkelana 
dan membual tentang seberapa jauh petualanganmu dengan kaki telanjang.

Tentang semua itu, jika kau tidak pernah berkelana pada batinmu sendiri, sebenarnya kau tidak pernah pergi kemanapun.

Kau hanya orang asing bagi sekeliling, bagi dirimu sendiri.

Sebuah Jendela

Diposting oleh Catatan Angin di 12.03 0 komentar

Seperti ada dunia diluar jendela.
Dunia yang berlari, sementara aku hanya diam di tempatku berdiri.

Aku ingin menjadi bagian dari dunia luar itu. Tapi aku tidak bisa. Karena aku harus bertanggungjawab pada hidup yang kujalani saat ini, sementara keinginanku menggebu-gebu pada hidup lain yang kuinginkan.

Rasanya sungguh menyiksa.

Seperti memendam cinta yang rahasia pada seseorang yang tak ada.

Dan itu membuatku gila.

Menikmati Senja

Diposting oleh Catatan Angin di 11.48 0 komentar
Aku menikmatimu yang menikmati senja yang selalu kau pandangi di kesunyian itu. Keindahannya tak pernah pudar. Aku sudah menyadarinya sejak lama, namun aku mengerti bahwa senja itu bukan lagi milik kita. Seseorang telah mencurinya, seseorang telah mengambilnya dari inti hatimu. Mungkin sudah sejak lama, sejak kita menyelesaikan senja terakhir kita meski aku tak pernah tahu kapan senja itu benar-benar selesai. Sebab senja itu selalu kembali, meski hanya dalam potret kenangan.

Senja dan Kepulangan

Diposting oleh Catatan Angin di 11.30 0 komentar
Senja dan kepulangan. 
Ini bukan kali pertama kita bersama, sampai-sampai kita tak sempat menanam rindu sebab kepulangan selalu menjadi teman perjalanan.  Bukankah setiap kepulangan itu adalah kenangan yang kita simpan dalam senja dengan warna yang berbeda? Kadang jingga, kadang keemasan atau abu-abu. Seperti kisah kita. 

Jumat, 14 Januari 2022

HUJAN YANG TAK DIINGINKAN

Diposting oleh Catatan Angin di 07.15 2 komentar

Pagi itu 

aku hendak mengumpulkan kenangan

yang tersimpan dari hari-hari kita yang lalu


Aku percaya, 

Setiap pertemuan selalu menyimpan kenangannya masing-masing


Meski kenangan itu, 

hanya sebatas dua tubuh yang menyatu


Meski kenangan itu,

Selalu sengaja kau hapus setelahnya, 


Seperti jejak hujan yang tak berarti apa-apa

Kemudian dilupakan


Sebab bagimu, hujan tak lebih indah dari awan hitam yang datang sebelumnya


Dimana jiwamu, saat jiwaku sudah kuserahkan di hari yang tak bernama itu


Kau menggenggam erat tanganku, dengan kenangan yang masih melingkar 

di dekat nadimu


Maafkan kebodohanku, 

yang tak tahu bahwa ia seberharga itu

 

Hujan memang tak pandai menerka bahasa tubuh

Dan aku salah mengira, bahwa kau bahagia


Hujan memang tak pandai menerka rahasia

Dan aku salah mengira, bahwa aku berharga


Sejak semula, hujan itu tak pernah diinginkan


Seperti orang bodoh saja,

Aku terlalu percaya diri, bahwa aku dicintai


Selasa, 11 Januari 2022

DIANTARA KERAMAIAN

Diposting oleh Catatan Angin di 22.33 0 komentar






Malam ini ku ajak dia 
ke sebuah pameran di kampung sebalah
Berbaur diantara keramaian
Berdesak-desakan, pegangan tangan
Sejenak pandangan tertahan, kenapa kincir itu berhenti?
Dia berhenti karena melihatmu
Kenapa?
Karena kamu mengalihkan dunianya
Begitupun aku

Puisi FZR
Januari, 2022

HUJAN SORE TADI

Diposting oleh Catatan Angin di 22.26 0 komentar
Hari ini tidak begitu sibuk
Tapi terasa berat
Entah karena hujan
Atau rahasia yang terkunci
di balik mataku

Kemudian kau pinjamkan waktu lenggangmu
Untuk menemani kepulanganku
Rupanya kau TAKUT
Jika aku pulang sendirian

Aku selalu terkesima 
Dengan caramu mencintaiku

Tetapi caramu mencintaiku
Seperti mengingatkanku
Akan caramu mencintai wanita sebelum aku

Namun aku menolak untuk setuju
Dan aku percaya
Kamu lebih mencintai aku

Apakah kau lihat
Tetes hujan yang jatuh 
di langit kotamu sore tadi
Hatiku menangis
Lebih deras dari itu

Januari, 2022
 

CATATAN ANGIN Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review