Minggu, 24 Desember 2017

3.11.15

Diposting oleh Catatan Angin di 08.07 0 komentar

Jumat, 22 Desember 2017

Rindu

Diposting oleh Catatan Angin di 10.08 0 komentar

Air mata memenuhi jantungmu hingga sesak. Namun setetespun enggan jatuh di matamu.
Aku mengerti, barangkali semuanya terlalu dalam untuk ditangisi sendirian.
Jika kesedihan itu telah membeku, mari kita hangatkan, kasihku.
Aku yakin segala yang beku akan mencair, entah menjadi air mata atau deretan kata. Dan segala yang pecah akan kembali utuh, asalkan kau ada disini, dipelukanku.

Rindu, 17.6.16

Ulang Tahun

Diposting oleh Catatan Angin di 09.42 0 komentar

ada hari yang mesti dirayakan
meski hanya dengan sebait puisi
tentang usia,
harapan,
atau waktu
ada hari yang mesti dirayakan
meski hanya dengan sebuah pelukan
atau sekedar ucapan selamat
selebihnya, dicintai olehmu disisa tahun ini,
adalah sebenar-benar hadiah
yang paling membahagiakan
untukku

0103

Dua Titik

Diposting oleh Catatan Angin di 09.35 0 komentar

Aku menyukai langit senja. Ia seperti lembar penutup sebuah catatan bisu.
Mungkin warnanya tidak sebiru langitmu yang menenangkan.
Tetapi lihatlah warna senja, kau akan menemukan waktu yang berlari, dan kita seumpama dua titik yang menyaksikan perpindahan itu. Waktu dimana petang beranjak menjadi malam.
Dan malam bukan lagi cerita kelam, meski terkadang menyisakan sebuah perpisahan.
Tapi kau tahu, di bawah langit senja itu, aku menemukan cerita untuk menutup hari, seperti sebuah percakapan, ketika semua menjadi sunyi, ketika semua telah beranjak pergi.

September 2015

Kupandangi

Diposting oleh Catatan Angin di 09.35 0 komentar

Aku membaca hujan
Membaca puisi
Membaca hari dan sunyi
Membacamu,
Membaca semua milikmu, dan
Segala yang bukan milikku...

September, 2015

Masih

Diposting oleh Catatan Angin di 09.32 0 komentar

Rindu adalah sekumpulan sepi yang diam-
Tak beranjak
Seperti yang selalu kupandangi, di langit-langit kamar ini
Terlebih pada malam-malam panjang
Tidak ada apapun, kecuali ruang dan bayang-bayang
Tidak ada lagu, sebab yang kudengar hanyalah suara nafasku sendiri
Jika rindu adalah ruang, maka dengan siapakah ruang itu mesti kutinggali?
Sedang kamu sudah jauh pergi
Dan aku masih disini, menulis sajak-sajak sepi

Rabu, 01 November 2017

Hai, Penyair!

Diposting oleh Catatan Angin di 21.49 0 komentar

HAI, PENYAIR!

Oleh Royhanatul Fauziah

hai penyair!

matamu setenang danau

aku seperti melihat teratai yang melambai ke arahku

tapi aku tak cukup berani untuk menyelaminya

karena matamu terlalu dalam

dan aku takut tenggelam

kemudian mencintaimu

hai penyair!

matamu setenang danau

aku pernah melihat gelombang kecil

yang disebabkan kecipak ikan-ikan yang mengintip ke udara

tapi aku tak cukup berani untuk membendungnya

karena matamu terlalu luas

dan aku takut kehabisan napas

kemudian mati di pelukmu

2013
[Edited 2017]

Jumat, 06 Oktober 2017

Perempuan Imaji

Diposting oleh Catatan Angin di 15.52 0 komentar

PEREMPUAN IMAJI
Oleh : Royhanatul Fauziah

Perempuan itu punya ingatan yang baik. Dan kenangan adalah teman bagi ingatan itu.

Ketika hari ini bukan hari yang bahagia, perempuan akan berjalan dalam pikirannya sendiri, mengingat kembali kenangan bersama orang yang pernah dia cintai. Lalu ia menemukan hal-hal kecil yang membawanya pada masa lalu, seperti jalan setapak, buku, film, puisi, atau sebuah gambar yang membuatnya tersenyum ketika melihatnya. Baginya, setiap tempat, kata, atau gambar adalah sejarah yang layak dibaca kembali suatu saat nanti.

Ah, betapa kenangan bisa menjelma apa saja. Itu sebabnya kenangan begitu sulit dilupakan meski sudah bertahun lamanya, hingga selalu ia simpan, diam dan dalam.

Baginya, melepaskan seseorang itu mudah, namun tidak mudah baginya melupakan kenangan dari orang yang dia cintai. Kau tahu, melepaskan bukan berarti melupakan. Dan kenangan akan menjadi bukti bahwa perempuan itu hanya mencintai satu orang dalam hidupnya. Namun ketika perempuan itu melepaskan, tidak ada siapapun yang akan mengerti hingga kau menyelami hatinya sedalam mungkin.

Kenangan, akan selalu membekas. Selamanya. Meski 'orang itu' hadir begitu singkat dalam hidupnya.

Perempuan itu bukan aku, bukan kau, juga bukan siapapun. Ia hanya Perempuan Imaji yang ingin pergi dari kenyataan dan kembali pada kenangan.

Garut, 71017

Sabtu, 20 Mei 2017

Sabar

Diposting oleh Catatan Angin di 20.35 0 komentar

Sebenarnya manusia bisa merespon suatu kejadian menyakitkan hanya dengan satu hal, yaitu sabar.

Marah, mengeluh, menangis atau berteriak bukanlah titik dimana kesabaran telah habis,  sebagai manusia, itu hanya respon fisik yang sifatnya sementara.

Nyatanya, setelah semua respon fisik itu dilewati manusia akan kembali diam dan menjalani hidup seperti biasa, bertahan, kembali pada kenyataan lalu menerima semuanya.

Sabar itu tidak ada batasnya, bahkan ketika manusia itu berkata "Aku ingin mati saja". Nyatanya dia tetap hidup, yang berarti dia masih bisa bersabar. Kesabaran akan habis jika manusia itu memilih untuk benar-benar mati.

Sabtu, 29 April 2017

Persepsi dan Kehendak

Diposting oleh Catatan Angin di 00.57 0 komentar

Manusia memiliki persepsi sendiri tentang kehidupan. Keinginan dan bagaimana manusia itu memandang sesuatu terbentuk dari persepsi yang ia ciptakan sendiri. Persepsi bukan pikiran yang muncul begitu saja, persepsi tumbuh dari pengalaman2 dan proses yang panjang dan kita yakini kebenarannya.

Persepsi yang dimiliki manusia adalah bentuk kebebasan pikiran, dan tidak ada seorangpun yang mampu mengendalikan kebebasan pikiran tersebut.

Namun bagaimana jika persepsi itu bersinggungan dengan kenyataan?

Bagi manusia yang percaya pada agama, maka ia harus siap berhadapan dengan realitas tertinggi, realitas yang menghendaki segala sesuatu tanpa perlu menyamakan persepsi terlebih dulu. Realitas yang tak mengenal musyawarah, namun mengklaim bahwa kehendak itu mutlak kebenarannya.

Tuhan adalah realitas yang tak terbantahkan. Sebagaimana manusia yang punya persepsi memandang hidup, barangkali Tuhan pun punya persepsi sendiri dalam menentukan kehendak. Apa yang Ia anggap benar, maka benar-lah.

Ada kalanya Tuhan dan manusia itu tidak sejalan. Kadang manusia berpikir, apa yang Tuhan beri adalah sebuah kesalahan, bahwa tidak seharusnya Tuhan membebani ini dan itu, bahwa tidak seharusnya Tuhan memberi ini dan itu.

Tapi pada akhirnya sebagai manusia yang percaya pada agama, kita harus meyakini ketika Tuhan memberi, maka Tuhan tau bahwa ia memberi sesuatu yang benar dan pada orang yang tepat.

Lalu apa gunanya persepsi jika bisa disangkal dengan begitu mudahnya oleh kenyataan?

Ya. Bagaimanapun kita menerima realitas, tidak lantas membuat kita kehilangan persepsi pribadi tentang hidup. Manusia menerima realitas sebab itulah yang harus manusia lalui. Namun kebebasan pikiran tidak pernah berhenti bersuara meski hanya disimpan oleh manusia itu sendiri.

Tulisan ini adalah bentuk persepsi saya terhadap pemberian tuhan yang saya pikir tidak sejalan dengan apa yang saya inginkan. Kadang, saya merasa tidak siap tapi tuhan memberi begitu banyak seolah saya orang yang tepat untuk menjalani semuanya.

Tuhan adalah realitas tak terbantahkan. Manusia bisa apa? Selain menerima semuanya dengan "ikhlas" tanpa pilihan lain.

Sabtu, 18 Maret 2017

Sosok Pengganti

Diposting oleh Catatan Angin di 07.12 0 komentar

Lelaki itu harus bertanggung jawab dan bisa dipercaya untuk menggantikan sosok ayah dari perempuan yang dinikahinya.
Setiap ayah akan berpikir seandainya mereka sudah tiada, ada lelaki bertanggung jawab yang akan menggantikannya dan menjaga anak perempuannya kelak.
Kadang aku berpikir, aku ingin meninggal lebih dulu dari orang tuaku, sebab di dunia ini aku tidak ingin sendiri, atau setidaknya tidak ada yang perlu mereka khawatirkan lagi tentang aku.

Rabu, 08 Maret 2017

Sekedar Bercerita

Diposting oleh Catatan Angin di 03.22 0 komentar

Suatu hari ketika aku tersadar Tuhan telah memberiku kehidupan baru, aku bertanya pada diriku sendiri, apakah aku siap?

Nyatanya, aku sering bersedih, aku sering mengkhawatirkan hari esok, aku sering menangis tanpa sebab. Aku sering mencaci kehidupan.

Kupikir, Tuhan mengubah hidupku terlalu cepat, hingga aku selalu menyalahkan keadaan. Namun hidup terus berjalan. Aku tidak ingin lagi memikirkan perhatian, cinta, atau kasih sayang dari mereka diluar diriku.

Sebab tak ada manusia yang benar-benar peduli selain pada dirinya sendiri.

Aku mulai mengerti, hidup bukan sekedar siap atau tidak siap. Hidup adalah tentang menjalani dan belajar menerima.

Kamis, 19 Januari 2017

KENANG-KENANGAN

Diposting oleh Catatan Angin di 01.53 1 komentar

Aku menangisi yang sengaja kutinggalkan
Pada sebuah pagi
Kita hanya sepasang lengan yang kaku
Kata-kata membeku
Tapi hatiku terus menyeru,
Aku rindu! Aku rindu!

Aku ingin memelukmu kembali
Di sepanjang jalan itu.
Seperti pada malam-malam kita yang lalu
Malam-malam kita yang ringkas
Bergegas pulang

Aku menangisi yang sengaja kutinggalkan
Pada sebuah senja
Cafe dan lagu cinta
Langit,
Ice cream, juga kenangan yang meleleh
Seperti air mataku
Aku tahu, ini akan menjadi senja terakhir kita

Lalu kita berpisah di jalan setapak itu.
Ah, betapa ingin aku mengekalkan waktu.
Memelukmu sekali lagi
Dan berkali-kali akan kukatakan
Aku sayang kamu, purnama.
Aku sayang kamu.

Aku menangisi yang sengaja kutinggalkan
Setiap malam
Matamu berpendar dalam kenangan,
Kamu, purnama yang setia menatapku dengan lembut
Melupakanmu, adalah hal yang muskil
Merindukanmu, aku lakukan setiap hari
Dan doa adalah satu-satunya jalan
Barangkali, kita akan bertemu kembali di persimpangan mimpi
Atau pada takdir yang lain---

Aku menangisimu
Sebab aku mencintaimu
Melebihi keterdiamanku
Melebihi rasa sakitmu

Puisi, 0116
 

CATATAN ANGIN Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review