Apa artinya sebuah ikatan atau tanpa ikatan, jika pada akhirnya memisahkan?
Lalu, apa yang baik dari sebuah perpisahan yang tanpa kabar?
Bukankah lebih baik jika kita tidak pernah terikat saja?
Mungkin kamu tidak punya alasan kenapa kamu mencintai aku, sebab katamu, cinta tidak butuh alasan. Tapi mungkin, kamu punya banyak alasan kenapa kamu (selalu) meninggalkan aku.
Jangan pernah kembali. Sebab ketika kamu kembali, barangkali aku sudah menjadi orang lain, yang tak lagi kamu kenal. Begitu juga kamu, yang akan menjadi orang lain ku.
"Tapi kita masih sepasang", katamu.
Tidak, kita tidak lagi menjadi sepasang.
Kau melangkah sejuta jarak dan jejak. Meninggalkan aku dan bertualang sendiri, tanpa kabar, atau sepenggal sajak.
Bukan hanya kemarin, tapi dulu, dan saat itu, kau meninggalkanku berkali-kali, berkali-kali.
Sedang aku disini, menunggumu dengan seribu tanda tanya, menyisir hari dan sunyi, yang kusut, yang kalut.
Bukankah kau tidak pernah bertanya, bagaimana kabar kenangan, yang selalu kujaga baik-baik, dalam seribu album, dalam sepasi ingatan yang luka. Atau bertanya, bagaimana kabar rindu, kabar perempuan yang diam-diam menangis menjelang tidurnya. Atau kabar seorang ibu dan ayah yang murung, melihat anak perempuannya ditinggalkan nasib.
Tidak. Kau tidak pernah bertanya. Sebab kau selalu merasa bahwa kenangan itu tidak ada, bahwa rindu itu hanya sekumpulan luka.
Aku tidak sedang memintamu untuk kembali padaku, atau pada kenangan.
Aku hanya memintamu untuk memilih, melepas tali, atau mempererat ikatannya? Seperti sebuah kepastian.
Jika kau ingin melepaskan, maka lepaskan. Jangan jerat aku dengan ikatan itu.
Jika kau ingin mempererat, maka mendekatlah, karena aku sudah kehabisan cara, simpul mana lagi yang mampu memperkuat tali kita.
Ikatan itu, bukan hanya tentang janji. Bukan hanya tentang kita. Apalagi sekedar kata.
Ikatan adalah kenyataan, untukku, saat kau dan aku merasa segalanya akan dikekalkan.
Namun ketika kau memilih pergi, aku sadar, tidak pernah ada yang kekal, segalanya akan tiada, segalanya akan kembali sepi, begitu juga cinta kita.
Aku tidak ingin pergi, tapi aku juga tidak ingin bertahan, sebab yang tersisa dari hidupku hanya perasaan kehilangan. Terlebih, kau selalu berkata, bahwa kau tak pernah merasa meninggalkan siapapun dan apapun, tapi nyatanya, kau tidak pernah ada, dalam kenyataan, atau bahkan dalam bayang-bayang. Tidak, kamu tidak pernah ada.
Arsip Blog
Pengikut
Entri Populer
-
KEBUN MAWAR DAN KEINDAHANNYA Samarang, Garut. Jawa Barat Oleh : Royhanatul Fauziah Hai.. Apa kabar..?? udah lama nih ga nge’blo...
-
sepi bagaikan api dan kau adalah bara yang menambah gersang kesepianku yang malang Agustus 2013
-
angin yang berhembus menambah semarak lambai mawar-mawar di taman dan biarlah duri itu tetap pada tangkainya, sayang karena aku kelopak m...
-
PERPISAHAN Oleh : Royhanatul Fauziah Setiap kali aku melewati dermaga itu, aku selalu teringat pada wajahmu yang selalu berpeluh,...
-
KARMA Oleh : Royhanatul Fauziah Jujur saja, malam ini aku seperti ditikam kenangan. Entah kenapa tiba-tiba saja aku teringat waja...
-
PERCAKAPAN MALAM Kita saling menunggu, diantara dinginnya malam Di jarak yang hanya dipisahkan deretan rumah dan gedung-gedung kota ...
-
JEJAK LUKA Oleh : Royhanatul Fauziah Di suatu sore yang kemuning, cahaya matahari senja merambat masuk lewat kaca jendela yang se...
Writer
Label
Jumlah Penayangan Blog CATATAN ANGIN
Sabtu, 17 Oktober 2015
Pesan yang sama
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar :
Posting Komentar