Minggu, 03 Juli 2016

Mencuri Pandang

Diposting oleh Catatan Angin di 06.19 0 komentar

Suatu waktu di sebuah pertemuan. Lelaki itu sedang asik membaca bukunya, sambil sesekali menanggapi percakapan teman-teman di sekelilingnya.

Aku berada di sudut tidak terlalu jauh dari tempatnya duduk.

Ia asik dengan bukunya. Aku asik mengobrol dengan teman-teman. Sambil bercanda tawa, sudut mataku tak henti mencuri pandang ke arahnya.

Bertahun saling menyapa, bertemu. Aku dan lelaki itu tak pernah berbicara lebih dalam, percakapan kita hanya sebatas diskusi kecil dan hiperbola, namun aku merasa telah mengenalnya jauh sebelum ini.

Aku masih asik dengan teman-teman. Iapun masih menggenggam bukunya.
Dan ketika teman-temanku behenti berbicara, aku duduk sendiri, lalu sepuasnya aku bisa memandanginya diam-diam, dari tempat yang barangkali tak seorangpun tahu.

Lelaki itu begitu penyendiri dan tenang, terlebih ketika sedang membaca buku. Aku suka melihat ketenangannya juga menatap matanya yang sibuk beradu dengan kata.

Duh, aku ketahuan.

Tiba-tiba matanya menatapku dengan pasti.

Kualihkan pandangan kemana saja.

Berharap ia tidak mendapatiku yang tengah mencuri pandang. Berharap ia sudah membaca bukunya kembali.

Beberapa detik, kulihat ke arahnya lagi. Namun, ia masih memandangku yang kini salah tingkah. Aku jadi malu.

Aku mengalihkan pandangan lebih jauh lagi, pura-pura membaca buku yang kebetulan ada di dalam tas, atau iseng memainkan kunci di layar ponsel.

Saat itu aku tahu, ia masih menatapku, barangkali dengan tatapan heran. Kemudian, aku kembali melihatnya, memastikan dugaanku.

Benar saja, ia masih menatapku. Sekilas kulihat ia tersenyum tipis melihat tingkahku.

Lalu mata kita saling bertemu, saling menatap entah berapa saat lamanya.

Aku tersenyum, dan tersipu malu.

Ia tersenyum kembali, kali ini bukan senyum karena melihat tingkahku yang malu-malu. Ia tersenyum, seolah ia sudah tahu semuanya, bahwa detik itu, aku telah mencintainya.

Jumat, 17 Juni 2016

Rindu

Diposting oleh Catatan Angin di 14.32 0 komentar

Air mata memenuhi jantungmu hingga sesak. Namun setetespun enggan jatuh di matamu.
Aku mengerti, barangkali semuanya terlalu dalam untuk ditangisi sendirian.
Jika kesedihan itu telah membeku, mari kita hangatkan, kasihku.
Aku yakin segala yang beku akan mencair, entah menjadi air mata atau deretan kata. Dan segala yang pecah akan kembali utuh, asalkan kau ada disini, dipelukanku.

17.6.16

Selasa, 17 Mei 2016

Diri Sendiri

Diposting oleh Catatan Angin di 10.21 0 komentar

Tak ada lagi kesunyian, namun tak lekas kumembenci malam, atau pagi yang teramat enggan untuk bangun. Kenapa selalu ada yang mesti diselami, jika bukan mereka, maka itu adalah dia, atau sebaliknya. Aku tidak lelah, aku hanya rindu bercengkrama dengan diriku sendiri.

Jumat, 22 April 2016

Tentang Pulang

Diposting oleh Catatan Angin di 02.43 0 komentar

Mungkin kau sudah lelah
Berjalan ke segala arah
Dari keluh yang jauh
Dari sesal yang kekal
Sayang, seorang perempuan
Menunggumu pulang
Ke rumah yang lekang

Sepi Menanti [CURHAT]

Diposting oleh Catatan Angin di 00.45 0 komentar
Minggu-minggu ini tidur ga teratur. Kadang tidur sejam dua jam, tidur seharian, atau tidak tidur sama sekali.
Kadang suka lupa tadi malam aku tidur atau hanya termenung?
Yang aku ingat, setiap mau tidur selalu berharap ketika aku bangun ada seseorang di sampingku sedang membaca buku atau menulis sesuatu, seseorang yang membelai rambutku, memberi pelukan.
Setidaknya seseorang yang tidak pernah membiarkanku sendirian, meski hanya dalam sebuah pesan singkat.
Karena sebenarnya aku tidak ingin sendirian.
Tapi ketika kudapati bahwa di kamar ini hanya ada aku, handphone, dan kamar yang sunyi, rasanya aku ingin kembali tidur saja, dan tidak pernah bangun lagi.
Sebab kenyataan selalu meninggalkanku.
Aku merasa tak punya siapa-siapa. Dari sekian triliyun juta jiwa di dunia, dari sekian ratus juta jiwa di indonesia, atau dari sepuluh orang di sekitarku, adakah satu orang saja yang memahamiku? Memahami isi kepalaku?

Rabu, 20 April 2016

Aku Ingin Menulis Puisi [CURHAT]

Diposting oleh Catatan Angin di 09.21 0 komentar
Untuk seseorang yang memintaku berhenti berpuisi

Jangan memintaku untuk menjadi orang lain.

Aku suka puisi, dan tidak akan pernah berhenti menulis puisi.
Jika bukan puisi, lalu kau ingin aku menulis apa?
Aku bukan orang yang suka menulis hujan dengan cara yang biasa. Mungkin orang lain bisa menulis
"hujan nih, hujannya deras banget, alhamdulillah hujan, dll".
Tapi aku tidak mau, aku akan menulis bahwa "hujan adalah air mata yang jatuh ketika rindu", atau "memandang hujan seperti berkaca pd kenangan".
Aku juga bukan orang yang menuliskan sepi dengan cara yang biasa.
Orang2 bisa menulis
"sepi nih ga ada temen, sepi di rmh ga ada siapa2, sepi stlh ditinggal pacar, dll"
TIDAK, aku tidak akan pernah menulis yg seperti itu, aku akan menulis "kesepian yang ganjil, mungkin kau harus disini menggenapkan semuanya", atau seperti kata penyair WS. Rendra, "Sepi menjadi kaca".
Aku juga tdk bisa menulis tentang malam, insomnia, rumah, taman, embun, daun, laut, kopi, luka, cinta, bahagia, dll, dengan cara yang biasa.
Aku bukan orang yang menulis segala sesuatu dengan kata yang akan mudah kau baca.
Maka biarkan aku menuliskan semuanya dengan caraku sendiri.
Jangan tentang aku.
Bukan aku tidak ingin ditentang.
Hanya saja, kau tidak mengerti apa itu puisi, apa itu sastra.
Hanya saja, kau tidak mengerti, bahwa setiap orang itu berbeda.
Aku tidak sendirian. Banyak yang sudah berumah tangga, banyak yang bahkan dia sudah tua, tapi masih menulis puisi.
Ketika seseorang menyebut tulisan2ku berlebihan, mungkin dia belum pernah membaca tulisan2 penulis perempuan seperti Langit Amaravati, Ratna Ayu Budhiarti, Leila. S. Chudori, Djenar Maesa, Dewi Lestari, dll..
Atau tulisan2 para penyair terkenal, sprti, Bpk. Sapardi Djoko Damono, W.S Rendra, Sutardji, Acep Zamzam, Edwar Maulana, Gus Mus, Agus Noor, dll.
Aku bukan penyair/penulis terkenal seperti mereka. Tapi, bacalah karya mereka, sebelum melarangku menulis puisi.
Bisa jadi, kau akan jatuh cinta pada salah satu karyanya.

Selasa, 15 Maret 2016

Sakura

Diposting oleh Catatan Angin di 11.10 0 komentar

Sakura
Sapardi Djoko Damono

Ketika hari tiba dan mengambil segala yang kau yakini milikmu, kau memang tak merasa perlu tahu bahwa aku bukan bagianmu
Bahwa akhirnya semua itu hanya merupakan deretan huruf panjang yang tidak mungkin tertangkap dalam buku-buku tebal yang sering berserakan di kamarmu

Kau bukan pangeran yang dipaksa mencintai seorang perempuan dengan sebilah keris
Bukan pangeran yang kemudian tertelungkup di hadapan Angreni

Dan kita adalah sakura yang gugur sebelum musim selesai, tak terlacak pula

SDD

Selasa, 08 Maret 2016

Bahagia dan Sedih

Diposting oleh Catatan Angin di 03.43 0 komentar

Katanya, seseorang yang paling mungkin membuatmu menangis adalah seseorang yang paling sering membuatmu bahagia. Dan itu benar.
Seperti kata Rendra, ..mencintaimu adalah bahagia dan sedih..
Maka aku mencintaimu, bukan hanya dengan kebahagiaan, bahkan tangisku pun mencintaimu. Dan itu tidak bisa dilepaskan.
Apapun yang aku rasakan, kamu satu, yang aku cintai.
Kahlil Gibran berkata, ..tidak ada cinta tanpa air mata..
Maka kamu jangan memintaku untuk tidak menangis.
Sebab, aku menangis karena aku merasa bahwa cinta itu ada dalam diriku, yang hanya satu, untukmu.

Senin, 01 Februari 2016

Menulis Perasaan

Diposting oleh Catatan Angin di 22.59 0 komentar

Sebenarnya saya tidak biasa menulis sesuatu yang bahagia. Jadi, ketika saya bahagia, saya lebih ke tidak menulis apa-apa. Tapi ketika saya bersedih, saya pasti akan menuliskannya, entah itu dalam bentuk puisi atau cerpen.
Jadi tidak sedikit orang yang menganggap kalau saya orang yang selalu bersedih/ galau, sebab mereka menilai dari tulisan-tulisan saya. Padahal kenyataannya, saya orang yang cukup ceria, dan sering bahagia. Hanya saja tidak pernah saya tuliskan kebahagiaan itu.
Jadi, untuk saat ini saya hanya menulis ketika saya bersedih.
Karena bagi saya, menulis kesedihan itu lebih mudah daripada menulis kebahagiaan. Entah kenapa.

Jumat, 29 Januari 2016

Yang Mengingatkanku Pada Kenangan

Diposting oleh Catatan Angin di 04.01 0 komentar

Setiap hari selalu ada yang mengingatkanku pada kenangan. Seperti pemberitahuan dari facebook. Katanya, "Anda memiliki kenangan untuk dilihat kembali hari ini".
Jadi bagaimana mungkin aku akan lupa.

Ketika aku membacanya (status-status facebook 1,2,3 tahun kebelakang) tentu saja saat itu aku membaca masa lalu kita.

Tapi tak apa, aku tidak lagi sakit hati, malah aku tertawa membacanya.
Aku juga bahagia, karena diingatkan kembali pada kenangan yang bahagia.

Dan kau tahu, semua kenangan itu berbentuk puisi yang kutulis seperti catatan-catatan kecil.

Aku jadi tersadar, selama hampir 1460 hari yang sudah kita lewati ini, puisi-puisi yang aku tulis mungkin sudah lebih dari seratus, barangkali itu masih sedikit.
Tapi itu semua tentang kamu.
Semua kenangan itu adalah kamu.

Dan aku masih akan selalu mencintaimu, dulu, hari ini, esok, dan seterusnya.

Sabtu, 16 Januari 2016

Purnama

Diposting oleh Catatan Angin di 10.24 0 komentar

Aku ada. Aku telah menuliskan puisi.
Untuk menjawab segala ragu, tentang janji yang
menjelma tanda tanya di kepalamu.
Adakah kau membacanya, wahai purnama?
Dari seribu macam rindu, ini yang paling menyiksa.
Barangkali, kita tidak akan pernah bertemu kembali.
Selamat tinggal, purnama.

Sabtu, 02 Januari 2016

Maaf II

Diposting oleh Catatan Angin di 02.36 0 komentar

Maaf,
Untuk sekumpulan sesal
Yang sesak,
Yang tak terucap
Pada dinding-dinding hati kita yang sunyi
Pada jalan-jalan kita yang membatu
Dan mungkin, sudah terlampau jauh
Tapi kita mesti berhenti
Menyudahi segala langkah
Di jalan tak bernama itu
Seperti cinta kita
Maaf,
Kita harus berpisah di persimpangan ini

 

CATATAN ANGIN Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review