Maaf.
Arsip Blog
Pengikut
Entri Populer
-
KEBUN MAWAR DAN KEINDAHANNYA Samarang, Garut. Jawa Barat Oleh : Royhanatul Fauziah Hai.. Apa kabar..?? udah lama nih ga nge’blo...
-
sepi bagaikan api dan kau adalah bara yang menambah gersang kesepianku yang malang Agustus 2013
-
angin yang berhembus menambah semarak lambai mawar-mawar di taman dan biarlah duri itu tetap pada tangkainya, sayang karena aku kelopak m...
-
PERPISAHAN Oleh : Royhanatul Fauziah Setiap kali aku melewati dermaga itu, aku selalu teringat pada wajahmu yang selalu berpeluh,...
-
KARMA Oleh : Royhanatul Fauziah Jujur saja, malam ini aku seperti ditikam kenangan. Entah kenapa tiba-tiba saja aku teringat waja...
-
PERCAKAPAN MALAM Kita saling menunggu, diantara dinginnya malam Di jarak yang hanya dipisahkan deretan rumah dan gedung-gedung kota ...
-
JEJAK LUKA Oleh : Royhanatul Fauziah Di suatu sore yang kemuning, cahaya matahari senja merambat masuk lewat kaca jendela yang se...
Writer

Label
Jumlah Penayangan Blog CATATAN ANGIN
Kamis, 31 Desember 2015
Sabtu, 21 November 2015
Diam
Ada banyak jalan yang ingin dilalui, tp belum bisa dilalui.
Banyak hal yang ingin dilakukan tapi blm bisa dilakukan.
Dan banyak hal yang ingin aku katakan, tapi semua hanya bisa kupendam.
Mungkin aku tidak bisa memiliki hidupku sepenuhnya.
Selasa, 10 November 2015
Rindu Itu Hujan
Oleh : Royhanatul Fauziah
Rindu itu hujan. Di hatiku, ia deras selalu.
Dan kamu adalah teduhnya. Sesaat, sebelum hujan kembali.
Garut, 10.11.15
Kerelaan Hujan
Oleh : Royhanatul Fauziah
Mencintaimu seperti hujan, yang rela meninggalkan langit, dan terjatuh, hanya untuk sampai padamu.
Garut, 10.11.15
Senin, 09 November 2015
Kaki yang Terluka
Ada perempuan yang tak bisa berlari karena memang ia tak punya kaki. Kaki perempuan itu adalah kaki yang telah dipatahkan takdir. Tapi, perempuan itu berusaha untuk tetap berlari, sebab menurutnya berlari tidak harus dengan kaki. Maka ia merangkak, dengan apapun yang tersisa di tubuhnya.
Tetapi ada perempuan yang tak bisa berlari meskipun dia memiliki tubuh yang sempurna. Adapun kakinya, hanya bisa terdiam sepanjang waktu. Orang-orang bersorak, memberi semangat, tapi perempuan itu tetap terdiam.
Ada yang menahannya. Semacam bayang-bayang masa lalu. Rupanya, perempuan itu takut, pada ingatannya sendiri, sebab kakinya pernah dilukai, begitu dalam.
"Kenapa tidak kau patahkan saja, atau hancurkan? Biar aku merangkak, bersama luka yang tersisa" Perempuan itu mengutuki dirinya sendiri, dalam hati.
MUAK
Aku muak sama semua orang.
Mereka bilang, "uji ga boleh ini, uji ga boleh itu, uji harus gini, uji harus gtu"
Hidup macam apa ini?
Semua orang melarang, semua orang mengatur!
Lalu, dimana letak kebebasanku?
Aku tidak bisa menjadi diriku sendiri.
SIAL!!! Aku cuma bisa berkata lewat tulisan.
Sabtu, 31 Oktober 2015
Bukan Penyair
Oleh : Royhanatul Fauziah
Aku bukan penyair. Hanya saja, aku pernah mencintai seorang penyair. Dia pergi, tapi tidak puisi-puisinya. Maka aku ingin selalu berpuisi, untuk menemuinya dalam kata,
atau sekedar membuatnya terasa ada.
Garut, 31.10.15
Biarkan Hening
Oleh : Royhanatul Fauziah
Biarkan hening, seperti malam-malam kita sebelumnya. Tidak ada lagi yang perlu dikekalkan, termasuk luka yang kita simpan diam-diam. Bukankah itu cara kita, untuk bisa saling melupakan?
31.10.15
Minggu, 25 Oktober 2015
Doa Malam
Jikapun masih ada doa yang layak untuk kita, maka berdoa saja. Temui aku, pada setiap doa malammu. Sebab kita tak pernah tahu, pada takdir mana lagi cinta akan bertemu.
Tentang Kita
Oleh : Royhanatul Fauziah
Jika kita tak bisa menjadi ombak untuk mengerti bahasa laut, atau setegar karang untuk menahan gelombang, maka berlayar saja, sebab kita hanya perahu, yang tak tahu, kapan karam menjemput kita.
Garut, 24.10.15
Kamis, 22 Oktober 2015
Cinta
Bagiku, cinta tak pernah pergi, tak pernah menyakiti.
Ketika sesuatu memaksanya untuk menyakiti, ia menahannya. Seperti halnya rumah, kau tak akan membiarkan tamu asing masuk, dan mengobrak abrik seluruh isi rumah, semisal kenangan kita.
Atau setidaknya, ketika sesuatu memaksanya untuk pergi, ia pergi dengan sebaik-baik cara.
Sabtu, 17 Oktober 2015
Pesan yang sama
Apa artinya sebuah ikatan atau tanpa ikatan, jika pada akhirnya memisahkan?
Lalu, apa yang baik dari sebuah perpisahan yang tanpa kabar?
Bukankah lebih baik jika kita tidak pernah terikat saja?
Mungkin kamu tidak punya alasan kenapa kamu mencintai aku, sebab katamu, cinta tidak butuh alasan. Tapi mungkin, kamu punya banyak alasan kenapa kamu (selalu) meninggalkan aku.
Jangan pernah kembali. Sebab ketika kamu kembali, barangkali aku sudah menjadi orang lain, yang tak lagi kamu kenal. Begitu juga kamu, yang akan menjadi orang lain ku.
"Tapi kita masih sepasang", katamu.
Tidak, kita tidak lagi menjadi sepasang.
Kau melangkah sejuta jarak dan jejak. Meninggalkan aku dan bertualang sendiri, tanpa kabar, atau sepenggal sajak.
Bukan hanya kemarin, tapi dulu, dan saat itu, kau meninggalkanku berkali-kali, berkali-kali.
Sedang aku disini, menunggumu dengan seribu tanda tanya, menyisir hari dan sunyi, yang kusut, yang kalut.
Bukankah kau tidak pernah bertanya, bagaimana kabar kenangan, yang selalu kujaga baik-baik, dalam seribu album, dalam sepasi ingatan yang luka. Atau bertanya, bagaimana kabar rindu, kabar perempuan yang diam-diam menangis menjelang tidurnya. Atau kabar seorang ibu dan ayah yang murung, melihat anak perempuannya ditinggalkan nasib.
Tidak. Kau tidak pernah bertanya. Sebab kau selalu merasa bahwa kenangan itu tidak ada, bahwa rindu itu hanya sekumpulan luka.
Aku tidak sedang memintamu untuk kembali padaku, atau pada kenangan.
Aku hanya memintamu untuk memilih, melepas tali, atau mempererat ikatannya? Seperti sebuah kepastian.
Jika kau ingin melepaskan, maka lepaskan. Jangan jerat aku dengan ikatan itu.
Jika kau ingin mempererat, maka mendekatlah, karena aku sudah kehabisan cara, simpul mana lagi yang mampu memperkuat tali kita.
Ikatan itu, bukan hanya tentang janji. Bukan hanya tentang kita. Apalagi sekedar kata.
Ikatan adalah kenyataan, untukku, saat kau dan aku merasa segalanya akan dikekalkan.
Namun ketika kau memilih pergi, aku sadar, tidak pernah ada yang kekal, segalanya akan tiada, segalanya akan kembali sepi, begitu juga cinta kita.
Aku tidak ingin pergi, tapi aku juga tidak ingin bertahan, sebab yang tersisa dari hidupku hanya perasaan kehilangan. Terlebih, kau selalu berkata, bahwa kau tak pernah merasa meninggalkan siapapun dan apapun, tapi nyatanya, kau tidak pernah ada, dalam kenyataan, atau bahkan dalam bayang-bayang. Tidak, kamu tidak pernah ada.
Rabu, 14 Oktober 2015
Pesan Untukmu
Lalu, apa yang baik dari sebuah perpisahan yang tanpa kabar?
Bukankah lebih baik jika kita tidak pernah terikat saja?
Jadi tolong, beri aku sebuah kabar, kabar baik bahwa kita benar-benar sudah selesai.
Mungkin kita tidak lagi punya alasan kenapa harus saling mencintai. Tapi kamu punya banyak alasan kenapa kamu (selalu) meninggalkan aku.
Maka, katakan alasan itu kepada keluargamu dan keluargaku, bahwa aku memang pantas untuk ditinggalkan.
Sebab aku tidak ingin hidup dengan bayang-bayang.
Dan aku nyatakan padamu, aku tidak akan pernah kembali, pada seseorang yang pernah meninggalkanku berkali-kali, berkali-kali, berkali-kali.
Senin, 12 Oktober 2015
Membacamu
Aku membaca hujan
Membaca puisi
Membaca hari dan sunyi
Membacamu,
Membaca semua milikmu, dan
Segala yang bukan milikku...
Tamu Asing
Biarkan aku sebentar saja.
Sebab aku hanya tamu asing, yang ingin menyaksikan ombak dalam ingatan.
Kemudian aku akan kembali pada bilangan kesepian, seperti katamu. Selepas kepergian, setelah perpisahan itu.
Kini aku hanya tamu asing.
Kau hanya tamu asing.
Maka, kita tidak perlu merasa kehilangan.
Seperti pasir kepada ombak, yang selalu membiarkan ombak pergi, sejauh yang ia mau.
Kepergian
Dalam Film STAND BY ME "DORAEMON"
Oleh : Royhanatul Fauziah
Kamu lihat, ketika Doraemon akan pergi, dan Nobita memaksa Doraemon untuk tetap tinggal tapi tidak bisa. Ia bersedih dan menangis sejadi-jadinya. Mungkin seperti itulah aku, ketika kamu tinggalkan. Tetapi Nobita beruntung karena Doraemon tidak jadi pergi. Sedangkan aku, aku masih sebatas penyendiri, menanti sampai aku lupa, bahwa kamu sudah tidak disini dan tidak akan pernah kembali lagi.
Minggu, 11 Oktober 2015
Waktu Senja
Aku menyukai langit senja. Ia seperti lembar penutup sebuah catatan bisu.
Mungkin warnanya tidak sebiru langitmu yang menenangkan.
Tetapi lihatlah warna senja, kau akan menemukan waktu yang berlari,
Dan kita seumpama dua titik yang menyaksikan perpindahan itu.
Waktu dimana petang beranjak menjadi malam.
Dan malam bukan lagi cerita kelam,
meski terkadang menyisakan sebuah perpisahan.
Tapi kau tahu, di bawah langit senja itu,
Aku menemukan cerita untuk menutup hari, seperti sebuah percakapan,
ketika semua menjadi sunyi,
ketika semua telah beranjak pergi.
Untuk Mencintaimu
Untuk mencintaimu, aku yakin, tidak
ada perempuan yang setabah aku.
Sekedar Bayang
Kamu, tetaplah menjadi kenyataan
Jangan mendekat diam-diam, sebab aku tidak ingin sekedar bayang
Jangan melukaiku dengan kata, sebab aku tak mampu lagi membacamu
Jangan melukaiku dengan rindu, jika kau hanya membisu
Tapi aku tidak pergi
Hanya saja, aku ingin sendiri
Dan aku masih disini, menulis sajak-sajak sepi
090915
Jumat, 26 Juni 2015
Yang Ingin Menjadi Abadi
tak ada yang mampu memahami kita,
kecuali waktu.
Pada setiap detiknya
menggugurkan daun-daun masa lalu,
meranggaskan luka demi luka,
yang kita pendam,
yang mungkin masih kita simpan, diam-diam.
dan kenangan itu, menjadi satu-satunya bahasa
yang tidak kita pahami,
--lalu akhirnya,
kenangan pulalah yang membuat kita
selalu ingin kembali
pada cinta yang sama,
pada tawa yang sama.
Bukan pada luka yang sama..
26042015
Mereka yang Puitis
Adakah yang lebih puitis
Dari hujan yang turun selepas perpisahan,
Dan dari dua raut wajah bahagia,
Atau dari seorang lelaki yang tersenyum,
Dengan sisa hujan di tubuhnya,
Atau dari seorang perempuan,
Yang masih mencintai sunyi, diam-diam
Di cermin matanya
25042015
Kamis, 02 April 2015
DI PENGHUJUNG PETANG 2
yang membuatku selalu ingin kembali ke tempat yang sama,
kedai eskrim itu, dan juga hatimu, ksatriaku.
DI PENGHUJUNG PETANG
entah itu pada segelas eskrim vanilla, atau coklat,
atau pada kita, yang bertahta
di penghujung petang.
Puisi
Sebab segala kata ada padamu,
sedang dalam diriku, kata-kata seolah tiada.
Padamu, segala kata menjadi nyata,
dan aku tidak ada.
Kamis, 19 Maret 2015
Bait Masa Lalu
Kau yang memanggilku puisi
Padahal tak mampu kuselesaikan waktu
Tidakkah kau tau
Kini aku terkunci pada satu bait masa lalu
Kau terus berlalu ...
Sedang aku masih mengenangmu
Rabu, 18 Maret 2015
Hujan dan Teduh
Hujan dan Teduh
Hujan itu seperti cinta
Sedang luka adalah rintiknya
Aku di bawah guyurannya
Sendiri dan kedinginan
Aku menginginkan hujan
Tetapi aku juga menginginkan kamu lelaki yang kusebut
Keteduhan.
Maret 2015
Sabtu, 24 Januari 2015
Lelakiku
Yang selalu hadir setiap kali aku terjaga.
Yang datang tanpa perlu kupinta terlebih dulu, dan kupelihara.
Yang seringkali hadir di tengah keramaian.
Meski harus merasa asing. Tapi aku perempuanmu, yang rela jika harus terasing di dalam dirimu.
Kemudian akan kunikmati setiap keterasingan yang kau suguhkan itu.
Setelah kau merasa lelah menyaksikan hidup yang penuh dengan kepura-puraan, maka kau akan menemui kesunyian setelahnya.
Pada saat itu, kau boleh menemuiku, Lelakiku.
Sebab, akulah kesunyianmu. Kau boleh menatap mataku, membaca hatiku yang tanpa kepura-puraan. Atau mencintaiku?
Sebab pada akhirnya, setiap orang akan mencari kesunyiannya masing-masing.
Dan aku ingin menikmati kesunyian itu. Bersamamu,
Lelakiku.