Arsip Blog
Pengikut
Entri Populer
-
KEBUN MAWAR DAN KEINDAHANNYA Samarang, Garut. Jawa Barat Oleh : Royhanatul Fauziah Hai.. Apa kabar..?? udah lama nih ga nge’blo...
-
sepi bagaikan api dan kau adalah bara yang menambah gersang kesepianku yang malang Agustus 2013
-
angin yang berhembus menambah semarak lambai mawar-mawar di taman dan biarlah duri itu tetap pada tangkainya, sayang karena aku kelopak m...
-
PERPISAHAN Oleh : Royhanatul Fauziah Setiap kali aku melewati dermaga itu, aku selalu teringat pada wajahmu yang selalu berpeluh,...
-
KARMA Oleh : Royhanatul Fauziah Jujur saja, malam ini aku seperti ditikam kenangan. Entah kenapa tiba-tiba saja aku teringat waja...
-
PERCAKAPAN MALAM Kita saling menunggu, diantara dinginnya malam Di jarak yang hanya dipisahkan deretan rumah dan gedung-gedung kota ...
-
JEJAK LUKA Oleh : Royhanatul Fauziah Di suatu sore yang kemuning, cahaya matahari senja merambat masuk lewat kaca jendela yang se...
Writer

Label
Jumlah Penayangan Blog CATATAN ANGIN
Senin, 09 November 2020
SUATU MALAM DI HARI KAMIS, 5 NOVEMBER 2020
Sabtu, 18 Juli 2020
Sayap yang Patah
Aku akan bercerita, tentang sepasang sayap yang terbang dibasuh hujan.
Sepasang sayap yang hanya akan kau temui dalam bayangan pagi. Kemudian hilang di sore hari.
Saat malam, mereka bersembunyi di bilik waktu. Kemudian saling bertukar cerita tentang impian-impian dan hal apa saja yang ingin mereka lakukan esok hari.
Kau tau, sepasang sayap adalah satu raga dengan pemiliknya. Mereka berbeda namun sejiwa.
Mereka ingin saling memeluk tetapi bagaimana mungkin?
Ada jarak yang memisahkan.
Ada batas yang tak bisa ditebas.
Sayap-sayap itu bisa saja bertemu, saling menyentuh, saling memeluk. Namun jika itu terjadi, mereka akan patah. Mereka bukan lagi "sepasang sayap".
Meraka hanya akan menjadi sayap-sayap patah. Seperti kata Khalil Gibran.
Sayap itu rela terluka, rela tidak bisa terbang lagi demi bisa bersamad dengan sayap yang lain.
Akhirnya ia merelakan dirinya terpisah dari tubuhnya.
Begitu bodohnya dia.
Tubuh itu kini melemah, tak dapat terbang lagi sebab ia kehilangan satu sayapnya.
Begitupun sayap yang lain, ia tak berarti apa-apa, karena baginya, sepasang berarti sempurna meski tak bisa bersama.
Sayap bodoh itu kini menyesal, ia tak lebih dari seonggok sayap yang akan lebur termakan usia.
Namun tak ada yang dapat mengembalikan waktu.
Kini yang tersisa hanyalah seekor burung dengan sayap patah.
Kepikiran aja
Selasa, 14 Juli 2020
Mencintai bukan Sekedar Memberi dan Menerima
Banyak orang mengatakan "Cinta itu memberi dan menerima."
Terlalu klasik.
Memberi itu mudah. Terlalu mudah malah.
Semua orang bisa memberi. Apapun yang orang jatuh cinta miliki pasti akan ia beri.
Maka jangan katakan bahwa cinta adalah memberi jika memberi semudah kau memberikan separuh waktu istirahatmu untuk menemaninya, atau semudah kau menghabiskan isi dompetmu untuk membelikan apa yang dia mau.
Memberi mungkin membuatmu bahagia, tapi memberi bukan keharusan, memberi hanya salah satu usaha untuk dicintai.
Yang sulit itu menerima.
Kalau tak ingin menerima salah satu yang ada dalam dirinya, jangan katakan bahwa itu cinta.
Maka cinta adalah menerima. Sesulit kau menerima satu saja kekurangannya. Sesulit kau menerima masa lalunya. Sesulit kau menerima rasa cemburu. Sesulit kau menerima rasa sakit yang ia hadirkan.
Sebab ketika kau sudah jatuh cinta, menerima seharusnya sudah menjadi bagian di dalamnya. Itu sebaik-baik cara mencintai.
Minggu, 05 Juli 2020
Persegi
Seandainya, di dunia ini hanya ada satu jenis bentuk. Persegi, namanya. Hanya ada satu jenis bentuk, dan satu-satunya.
Di suatu tempat, hiduplah seorang laki-laki yang sangat mencintai persegi, dia suka dengan segala hal yang berhubungan dengan persegi. Sejarahnya, ceritanya, setiap sisinya, dan semuanya. Bahkan ia menyimpan segala benda yang berbentuk persegi. Tidak ada hal yang dia sukai di dunia melebihi rasa sukanya dengan bentuk persegi.
Sedangkan di belahan bumi yang lain, ada seorang perempuan yang sangat membenci bentuk persegi. Dia benci hingga ingin membuang segala hal jika itu berbentuk persegi, ia tak suka mendengar apapun tentang persegi, sepatah katapun perempuan itu tidak mau membahas apapun tentang persegi.
Suatu hari, laki-laki dan perempuan itu dipertemukan. Mereka bercerita tentang banyak hal, kecuali persegi. Kebersamaan membuat mereka saling jatuh cinta, mereka tidak bisa hidup tanpa satu sama lain.
Lalu, tiba saatnya lelaki itu membicarakan persegi dan menunjukkan seluruh miliknya yang berbentuk persegi. Ia pun menceritakan betapa ia sangat mencintai persegi. Perempuan itu marah, ia benci mendengar dan melihat semuanya.
Persegi, persegi, persegi.
Perempuan itu ingin pergi, sebab ia tidak ingin hidup dengan lelaki yang mencintai apa yang dia benci. Meskipun berat baginya kehilangan lelaki yang dicintainya.
Lelaki itu menahannya, ia berkata bahwa ia tidak bisa kehilangan perempuan itu. Tapi ia juga tidak bisa kehilangan persegi.
Bagaimana kemudian?
Apa yang harus mereka lakukan agar bisa tetap bersama?
Minggu, 24 Mei 2020
Selasa, 05 Mei 2020
Ketidakjelasan
Sudah berapa banyak rindu yang kita ucapkan?
Dan semua selalu kembali pada sepi
Bukan hanya jarak yang harus ditempuh, lebih dari itu, ada ruang yang kadang aku sendiri tak mengerti dimana batasnya--
Yang kutahu,
Aku merasa terkurung sekaligus bebas pada saat yang bersamaan
Aku tidak berkata bahwa aku bahagia
Tapi aku juga tidak bersedih
Hanya karena sebait kenangan yang membuatku tersenyum mengingatnya
Bagaimana dengan kamu?
Aku tahu, kota ini tak pernah benar-benar merekam cerita kita
Ceritamu, ada di kota lainnya.
Barangkali kita hanya angin lalu
Yang kebetulan dipertemukan
Atau
Waktu memaksa kita hanya untuk saling merindukan
Senin, 04 Mei 2020
Nak, perpisahan itu apa?
Seperti apa perasaan setelah perpisahan itu?
Barangkali hanya perasaan sedih yang sementara, untukku sendiri tapi.
Lalu bagaimana untukmu, nak?
Kau begitu bahagia bertemu dengannya, ayahmu.
Kau memeluknya tanpa perasaan asing.
Nak, apa kau juga akan bersedih sementara seperti aku?
Atau selamanya?
Atau kau akan marah pada keadaan?
Perpisahan, kenapa begitu rumit dan menakutkan?
Minggu, 26 April 2020
Membacamu
Aku bukan penulis.
Tulisan-tulisanku tidak pernah menyentuh kehidupan, tidak pernah menyentuh apapun. Bahkan hatimu.
Aku hanya penikmat tulisan.
Jadi menulislah, agar aku selalu mengetahui apa isi kepalamu dan isi hatimu.
Selasa, 21 April 2020
Pertanyaan Tentang Rindu
Aku penasaran, apa rindu itu hanya untuk mereka yang berjauhan?
Lalu bagaimana dengan yang bertemu setiap hari?
Apa rindu itu tetap ada?
Bagaimana cara mereka saling merindukan?
Apakah rindu itu penting?
Mungkin bagi mereka, rindu itu hanya sesekali, tapi cinta selalu ada setiap harinya.
Ah, sudahlah, cinta itu tidak ada, yang ada hanya terbiasa bersama, maka, saat berjauhan seperti kehilangan lalu rindu.
Tapi bagaimana dengan yang tidak bersama tapi selalu rindu?
Kenapa harus ada rindu?
Kenapa rindu lebih mendebarkan?
Kenapa rindu itu menyedihkan?
Senin, 20 April 2020
Senin, 30 Maret 2020
Kau Tau
Kau tau bagaimana rasanya merindukan seseorang tanpa bisa melakukan apa-apa?
Kau tau bagaimana rasanya merindukan seseorang yang sudah bahagia dengan yang lain?
Kau tau bagaimana rasanya merindukan seseorang yang bahkan tak berhak kau rindui?
Jumat, 27 Maret 2020
Jika
Jika hidup itu perjalanan,
maka aku membebaskanmu berkelana dengan siapapun dan kemanapun kau mau.
Jika hidup itu penantian,
biarkan aku menanti
menanti
menanti
Hingga sepi.
Rabu, 18 Maret 2020
Tentang Tanya
Kamis, 12 Maret 2020
Hujan
Kalau aku suka hujan, bukan berarti aku harus berjalan di bawah hujan, main sama hujan, apalagi meminum air hujan.
Boleh saja kita bermain hujan, itu pasti akan membuat kita bahagia karena kita menyukai hujan itu, tapi apa itu baik buat kita?
Sedangkan ada banyak cara untuk menikmati hujan, dengan menatap hujan, atau mendengar suara hujan atau sekedar menyentuhnya dengan telapak tangan.
Artinya, kalau kita mencintai seseorang, bukan berarti kita harus hidup bersama orang itu, meskipun kita sangat menginginkannya.
Tentang Debar Itu
Tak ada yang selalu sama
Cinta, rindu, atau pernikahan sekalipun
Semua akan menemui titik dimana kau tak bisa lagi merasakan debar yang sama
Dan sampai saat ini, debar itu masih tetap ada saat aku merindukanmu.
Namun aku bisa saja pergi, mungkin karena rindu yang terlalu lama menunggu, sedang kau selalu tak punya waktu.
Rabu, 11 Maret 2020
Tentang Jarak
Kita berjarak sekian kilometer lebih dekat dari biasanya. Tapi, entah kenapa aku merasa berjarak lebih jauh, lebih jauh, dan lebih jauh lagi.
Barangkali memang benar, kita berjarak terlalu jauh.
Jarak, rupanya bukan tentang sejauh mana kota kita berjauhan, bukan tentang perjalanan berapa lama kau menghabiskan waktu di jalan, atau tentang seberapa lama aku menunggumu datang hanya untukku seorang.
Lebih dari itu, jarak adalah tentang perasaan ketika kau dan aku sudah mulai merasa tak lagi saling merindukan.
Atau aku yang terlalu merindukanmu?
Sedang kamu tidak?
Atau aku yang bosan menunggu kabar darimu?
Sedang seluruh waktumu kau habiskan dengan yang seharusnya.
Aku mengerti, aku tidak pantas bertanya tentang cintaku yang entah kau letakkan di hatimu bagian mana, atau tentang rindu yang sebenarnya tak pernah benar-benar sampai di tepinya.
Tidak, aku tidak sedang meminta waktumu, atau memintamu memahamiku. Kau bebas memperlakukanku.
Hanya saja, aku sedikit lelah, barangkali kamu juga. Lelah dengan manusia labil sepertiku.
Apakah kita mesti berjarak lebih dekat lagi? Atau tidak sama sekali?
12/03/20
Senin, 09 Maret 2020
Sepasang Itu
Sepasang kekasih diertemukan untuk saling mencintai dan melengkapi
Namun ada kalanya sepasang kekasih dipertemukan untuk saling melupakan
tanpa sempat memiliki.
Jumat, 06 Maret 2020
Percakapan Tentang Cinta
Suatu hari, kau pernah bertanya padaku, apakah mungkin seseorang mencintai dua orang dalam waktu yang bersamaan?
Ya. Mungkin saja, kenapa tidak.
Jadi maksudmu, kau bisa mencintaiku juga mencintai yang lain selain aku?
Ya, bukan hal yang tidak mungkin jika aku mencintai dua orang dalam waktu yang sama. Aku mencintaimu, juga mencintai seseorang yang lain. Sebut saja kekasih yang lain.
Caranya? Bagaimana caramu mencintai dua orang dalam waktu yang sama? Bahkan aku selalu di sampingmu, dan aku tidak merasa kau sedang mencintai seseorang selain aku.
Kau tidak tahu saja, bahwa ingatan perempuan itu lebih berbahaya dari apapun yang kau miliki.
Aku tidak mengerti. Kau perempuan. Apakah mungkin kau membagi waktu dan tubuhmu dengan seseorang selain aku?
Kau tahu, cinta tidak melulu tentang tubuh, tidak juga tentang pertemuan, atau tentang keinginan saling memiliki.
Lalu?
Aku mencintaimu karena kau ada, karena kau mencintaiku juga. Dan aku mencintai kekasihku yang lain sebab ia selalu ada dalam ingatanku.
Bagaimana jika seseorang dalam ingatan itu muncul di hadapanmu?
Jika aku bisa mencintai dua orang dalam waktu yang sama, bukan berarti aku bisa membawa keduanya dalam hidupku.
Kalimatmu selalu membuatku bingung.
Maksudku, jika aku mencintai dua orang, maka aku akan menyimpan salah satunya hanya dalam ingatan. Aku tidak bisa membagi semua hidupku untuk dua orang. Maka, aku akan meninggalkan salah satu demi yang lainnya.
Jika dia datang, kau lebih memilih siapa?
Tentu saja kamu, yang kini ada dalam hidupku. Tapi jangan salahkan aku, jika ia tetap ada dalam ingatanku.
Aku cemburu pada ingatanmu.
Kau berhak untuk cemburu.
Lalu apa yang bisa kulakukan, agar aku bisa menghilangkannya dari ingatanmu?
Tidak ada. Kau bisa menghilangkan semua lelaki dalam hidupku, tapi kau tidak bisa menghilangkan satu orang dalam ingatanku.
Kalau begitu, kau harus memilih dia, dan biarkan aku yang pergi agar aku yang ada dalam ingatanmu.
Benarkah? Artinya kita tidak bisa bersama lagi.
Jika kita tidak bersama lagi, apakah aku akan hidup dalam ingatanmu?
Belum tentu.
Lalu kenapa dia bisa ada dalam ingatanmu sedang aku tidak?
Aku tidak tahu.
Apakah dia terlalu berarti?
Aku tidak tahu.
Aku tidak mengerti. Jika memang dia berarti untukmu, kenapa kau memilihku? Dan jika ia selalu ada dalam ingatanmu, kenapa harus ada aku di sampingmu?
Sebab aku mencintaimu. Tidakkah itu cukup?
Tapi kau juga mencintainya.
Ya, hanya dalam ingatan.
Tetap saja, aku cemburu. Aku tidak rela. Aku ingin hidupmu, ingatanmu, hanya tentang aku. Tapi aku juga tidak ingin pergi darimu hanya karena aku ingin kau selalu mengingatku.
Kalau begitu, jangan pergi. Tidakkah kau ingin aku mencintaimu dalam kehidupan nyata?
Aku ingin. Hanya saja aku sedikit tidak rela.
Masa lalu memang selalu menjadi mimpi buruk. Maka jika kau membencinya, kau harus mencintai seseorang yang tidak memiliki masa lalu sepertiku. Kau harus menjadi kesan bagi seseorang.
Sekarang aku mengerti. Jika aku pergi, maka, bukan aku yang ada dalam ingatanmu, tetapi sebaliknya, kau yang akan ada dalam ingatanku. Bahkan nanti, ketika aku bersama perempuan lain.
Lalu, apa kau akan pergi?
Tidak. Aku tidak ingin mencintaimu hanya dalam ingatan. Itu menyakitkan. Mencintai seseorang yang tak bisa kita miliki lebih menyakitkan dari kehilangan itu sendiri.
Aku beruntung memilikimu, sebab aku akan menjadi seseorang yang akan selalu kau ingat suatu hari nanti.
Tetapi menyakitkan bagiku, sebab tak ada aku dalam ingatanmu.
Suatu hari nanti, kau pun akan menjadi satu-satunya, dalam hidupku dan ingatanku.
Bagaimana caranya? Sedangkan saat ini kau memiliki kekasih dalam ingatan yang tidak bisa kamu lupakan?
Hanya waktu yang akan menghapusnya, dan cintamu yang tulus akan membuatku lupa akan ingatan itu.
Entah kenapa, meski terkadang menyakitkan, aku selalu mencintai caramu berpikir, caramu berbicara, dan caramu mencintaiku.
Waktu Senja
Jika senja telah tiba, semua akan berubah. Satu per satu, waktu kan mengambilnya dariku, dan aku takut hatiku menjadi kosong.
Namun aku percaya, kenangan itu masih tetap ada. Ia tersimpan manis dalam ingatan, atau dalam buku harian yang kusam. Kupikir, hanya itu satu-satunya hal yang mampu membuatku tersenyum.
Jika senja telah tiba, akankah kau ada disampingku? Ataukah aku yang tiada, dan kau bahagia menatap senja dengan seseorang yang lain?
Garut, 6/3/20
Senin, 24 Februari 2020
Kelahiran
Katanya, aku lahir tanggal 1 Maret 1992.
Tapi sejarah lain mengatakan aku lahir 5 Mei 1995.
Tapi kalau aku lahir thn 1995, berarti lulus SMA 2010 umur 15 thn? Kalau aku lahir thn 1995, ga mungkin aku TK umur 2 tahun, dan lulus kuliah umur 19 tahun?
Mungkin benar aku lahir thn 1992, tapi lebih tepatnya kapan aku tidak tahu, dan tidak ingin menanyakan lagi tentang sejarah itu, karena akan panjang.
Tapi aku bertemakasih pada orangtua yang sudah melahirkanku dan orangtua yang sudah membesarkanku sampai sekarang.
Kenapa harus aku?
Kadang, aku bertanya-tanya, diantara aku dan saudara kembarku, kenapa harus aku yang diberikan?
Tapi seseorang pernah berkata, Allah memilihku karena Allah percaya aku mampu. Padahal Allah bisa saja memilih kembaranku pada saat itu.
Aku tidak menyesal dibesarkan di keluarga ini. Malah aku bersyukur, karena kata mereka, aku jadi punya 4 orangtua. Aku juga bersyukur karena berkat keluarga ini, aku bisa merasakan bangku kuliah. Aku bisa bertemu dosen-dosen yang berilmu, bertemu teman-teman yang menyenangkan, mantan, dan orang-orang pernah menyayangiku, yang belum tentu bisa aku temui jika aku berada di keluarga itu.
Aku hanya sedih karena tidak bisa sedekat itu dengan keluarga kandungku, dengan adik, dan kakakku. Dan tidak pernah sempat menyayangi almarhum ayah dan almarhum kakakku yang ke 3.
Kadang aku iri, karena aku juga ingin merasakan kasih sayangnya seperti yang dirasakan adik dan kakakku.
Saudara-saudaraku bilang, dulu ayahku selalu bercerita tentangku, menanyakan kabarku, dan sesekali mengunjungiku. Tapi saat itu aku belum mengerti.
Saat aku sudah dewasa, aku baru mengerti tapi rasanya semuanya sudah terlambat karena ayahku sudah tidak ada.
Aku sedih karena mungkin almarhum ayahku tidak tahu, kalau saat ini aku sudah tahu bahwa aku anaknya.
Mungkin beliau juga tidak tahu bahwa aku menyayanginya meskipun aku tidak pernah dekat dengannya.
Aku rindu sekaligus merasa bersalah. Rasanya seperti rindu pada seseorang yang pernah kita sakiti hatinya padahal kita tidak sempat mencintainya.
Jumat, 21 Februari 2020
Lelah
Kenapa aku selalu merasa terluka, oleh orang-orang yang pernah atau sedang kucintai?
Padahal, aku merasa, kalau aku juga pantas bahagia tanpa seorangpun disisiku jika itu hanya melukaiku.
Kupikir, aku selalu mencintai siapapun dengan tulus tanpa pernah meminta apapun. Aku merelakan semuanya datang dan pergi begitu saja, bahkan aku lebih sering terdiam, memendam semuanya. Tapi kenapa yang datang padaku selalu membawa luka.
Tidak. Aku tidak sedang menyalahkan siapa-siapa. Hanya saja, terkadang aku merasa lelah.
Aku lelah dengan perasaanku sendiri, bahwa sebenarnya aku tidak layak dicintai.
TANPA
Aku bosan menulis puisi. Kadang aku selalu bingung memikirkan kata-kata yang tepat, sehingga pesan pentingnya kadang tidak tersampaikan.
Aku hanya ingin menulis saja. Tanpa metafora, tanpa kalimat-kalimat indah.
Rabu, 05 Februari 2020
Hanya Saja
Aku tak sedang mencari alasan
Kukira dicintai tak selalu menyenangkan
Jadi sebaiknya jangan mendekat
Sebab aku tak ingin terlihat jahat
Bukan aku tak ingin dicintai
Hanya saja........
Kabar Malammu
Sedang yang kupunya hanya perasaan sendiri dan terusir
Sebab kau menutup semua gambar
Pelukan, yang sesekali kita lakukan.
Selasa, 04 Februari 2020
Kujalani Sendiri
Kisah ini masih kutulis
Sebab kamu kembali
Dengan satu kata "Rindu"
Yang akupun masih menyimpannya
Namun
Mengapa aku merasa
Bahwa kisah ini hanya kujalani sendiri?
Sebuah Cerita
Tapi rupanya, perjalanan kita terlalu singkat untuk ditulisan ke dalam sebuah cerita.
Jadi kutulis kisah itu hanya dalam potongan-potongan cerita saja.
Selasa, 28 Januari 2020
Nanti Juga Biasa Lagi
Maaf kemarin aku menulis tentang siapa yang terluka. Kemarin aku hanya merasa menjadi manusia paling terluka.
Sebab setelah kamu pergi, aku tidak punya siapa-siapa lagi. Tak ada ucapan selamat pagi, perhatian, atau sekedar menanyakan anakku sedang apa?
Tapi tak apa, aku sudah terbiasa dengan sepi.
Aku tidak ingin lagi menebak siapa yang paling terluka, seperti dulu aku selalu menebak siapa yang paling sayang.
Aku tahu kita punya luka masing-masing.
Aku memang terluka dan menangis. Mungkin kamu tidak menangis, tapi bukan berarti kamu tidak terluka, mungkin juga kamu hanya sedikit terluka? Atau malah tidak terluka sama sekali?
Ah, aku menebak-nebak lagi. Maaf. Kepalaku memang selalu dipenuhi prasangka.
Entahlah. Atau aku hanya berusaha untuk tidak peduli.
Tentang kemarin itu, aku sama sekali tidak marah. Aku juga tidak kecewa.
Jangan khawatir. Tidurku normal, hanya sulit makan saja. Hidupku baik-baik saja. Aku bekerja seperti biasanya, meski terkadang aku menghela nafas panjang sambil memukul-mukul dada jika terasa sesak karena sakit mengingatnya.
Tapi aku tidak ingin kamu terluka sepertiku. Jika kamu bahagia, berbahagialah. Dan terimakasih untuk tidak menunjukkan kebahagiaan itu di depanku.
Tentang luka itu, seperti yang sering kita berdua katakan, "Nanti juga terbiasa lagi..".
Senin, 27 Januari 2020
Siapa yang Terluka?
Ingatkah kau, saat dalam perjalanan sepulang dari Bandung, aku bertanya; "Lebih baik memutuskan atau diputuskan?" Dan kau memilih diputuskan karena dengan begitu, kamu merasa tidak akan terbebani dengan perasaan bersalah seperti jika kamu memilih memutuskan.
Aku sendiri tidak tahu harus memilih apa, sebab bagiku, memutuskan atau diputuskan sama sakitnya.
Aku bertanya bukan tanpa maksud.
Aku bertanya karena aku tahu, suatu saat entah kapan, kita akan berpisah. Dan aku ingin tahu caramu menanggapi sebuah perpisahan.
Dan kemarin, kita berpisah.
Siapa yang memutuskan, aku tidak tahu. Yang pasti aku sangat terluka. Kupikir, kamu tidak seterluka itu, sebab kamu masih memiliki seseorang yang selalu ada di sampingmu. Membuatmu tersenyum. Menemani harimu.
Setidaknya, kamu tidak sendirian.
Melepaskan
Akhirnya kita berpisah
Maaf, aku tidak bisa terluka lagi
Jadi, aku memintamu meninggalkanku karena sebenarnya aku tidak bisa meninggalkanmu
Aku tidak tahu siapa yang melepaskan siapa
Meski pada akhirnya aku merasa kamulah yang melepaskanku
Tak apa, sejak semula aku sudah rela
Meskipun aku masih merasa sedikit terluka
Jangan berkata bahwa kamu masih ada
Jangan berkata bahwa kamu tidak pergi dan melihatku dari jauh. Aku benci kalimat itu!
Karena nyatanya kamu sudah tidak ada.
Kupikir, aku juga harus melepaskanmu
Menghapus semua tentangmu
Jadi aku menghapus akun bayanganmu dan nomor kontakmu
Kau tahu bagaimana rasanya meminta untuk dilepaskan padahal sebenarnya tidak ingin?
28 01 20
Jumat, 17 Januari 2020
Sejak Semula
Apakah lebih baik, jika sejak semula kita tidak pernah memulai saja?
Tapi aku bahagia denganmu
Hanya saja, aku takut jika pada akhirnya hanya menyisakan kehampaan
Aku masih takut kehilanganmu
Hanya saja, aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya
Sebab perasaanku selalu terbatas untuk diungkapkan. Kau mengerti, kita tidak saling memiliki. Kita saling berpelukan namun perasaan kita hanya sebatas rindu dan rindu saja.
Sesekali, aku merasa dicintai. Sesekali juga aku kehilangan cinta itu sendiri.
Akankah lebih baik, jika sejak semula kita tidak pernah memulai saja?
Sebab aku takut lebih terluka, atau melukaimu.
17120
Senin, 13 Januari 2020
Rindu yang Tak Mampu Dikatakan
Sepertinya tadi ada puisi yang terlintas saat ingatan tentangmu hadir sekejap.
Namun aku lupa menuliskannya karena ingatan itu terlalu dalam dan panjang.
Ah, sudah selarut ini.
Sepertinya aku ingin segera menuliskannya agar menjadi puisi yang romantis.
Namun aku hanya mampu menulis satu kata saja.
Rindu.
Lalu apa?
Hening kembali.
Kupikir, sudah lama aku tidak menerjemahkan kata itu.
Sebenarnya, aku sering merasakannya lalu akhirnya kubiarkan saja.
Sebab rindu itu menjadi menyakitkan saat aku tahu bagaimana cara memulihkannya namun aku tidak bisa melakukannya.
Perihal...
Sebenarnya aku ingin duduk di sampingmu
Sambil menggenggam tanganmu
Atau menatap wajahmu sesekali
Melalui jendela ini kusimpan kenangan
dan keinginan itu
Aku tahu,
Kenangan, tak harus tentang wajah seseorang
Aku suka duduk manis di belakang, memandangimu..
Meski hanya sebatas punggungnya saja
Setelah Nonton Film Sad Ending
Beberapa waktu lalu, lagi suka nonton film drama romantis seperti Me Before You, Silver Linnings Playbook, Her, dll. Semua drama itu kisahnya SAD ENDING. Ditinggal pergi.
Selama nonton itu, terlihat mereka pasangan yang saling mencintai dan takut kehilangan. Aku merasa mereka adalah pasangan yang tak terpisahkan, yang jika kehilangan salah satunya maka hidupnya tidak mudah lagi.
Tapi ternyata tidak, sepeninggal orang yang dicintai, hidup mereka tetap berjalan seperti biasanya. Berarti perasaan takut kehilangan itu cuma sementara karena mereka belum benar-benar merasa kehilangan. Dan setelah kehilangan... Yasudah. Hidup normal. Semudah itu.
Aku coba membayangkan momen itu ke dalam hidup aku, tapi tidak mudah. Masih ada perasaan takut. Mungkin karena dia masih ada. Entah setelah dia benar-benar pergi, aku sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi.
Aku tidak ingin merasakan takut dan sakit. Tapi aku ingin benar-benar hidup layaknya orang pada umumnya.